1) Ubi kayu atau singkong
v Singkong mudah ditanam dan tersedia aneka jenis disesuaikan dengan kesukaan ternak. Singkong mentah dapat diberikan kepada ayam, itik, babi bahkan kerbau dengan cara dicincang atau dipotong kecil-kecil lebih dahulu.
Daun atau kulit singkong dari limbah industri singkong bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak kerbau, sapi atau babi.v
v Seandainya sudah ada permasalahan pengolahan singkong maka alternatif pakan ternak adalah berasal dari limbah berupa kulit ubi dan daun serta pucuk tanaman singkong yang dipanen.
2) Azolla
Azollav sangat cocok di Krayan yang berhawa dingin dengan internsitas cahaya yang agak kurang. Â Perkembangan azolla sangat cepat dan tumbuh subur dipersawahan yang selalu berair. Azolla termasuk HMT yang mengandung protein yang cukup tinggi melebihi kandungan protein yang terdapat dalam jagung dan kedelai.
Azolla menjadi sumber pakan yang cukup bermutuv tinggi karena kandungan proteinnya yang tinggi. Â Azolla dapat dijadikan pakan ternak seperti itik, ayam, babi, sapi, dan kerbau serta pakan untuk ikan di kolam atau di sawah.
Sawah yang ditumbuhi azolla kalau ada ikan maka biasanya ikannya menjadi lebih besar dan gemuk-gemuk.v
Babi yang diberi pakan dengan campuran azolla lebih cepat perkembangannya, sehingga lebih cepat dapat dijual. v
v Demikian juga bila azolla dibagikan kepada itik atau ayam dengan cara dicampurkan pada pakan yang lain seperti dedak atau ubi kayu atau tepung gabah.
Kerbau dan sapi juga memungkinkan untuk dapat dikandangkanv dengan menyediakan pakan HMT dari azolla, azolla bisa disiapkan secara khusus untuk pakan sapi atau kerbau yang dikandangkan.
Karenav pertumbuhannya sangat cepat, azolla yang ditanam pada sawah atau kolam dengan luas 1 ha dapat di hasilkan azolla segar sekitar + 320 ton/ tahun/ ha, atau sekitar 880 Kg/ hari/ ha, atau hampir 1 ton/ hari/ ha. Jika satu ekor ternak kerbau memerlukan kurang lebih + 40 Kg HMT/ hari/ ekor, maka akan bisa dikandangkan sekitar 20-25 ekor kerbau dengan luas lahan azolla 1 ha.
Kalau ada kerbau 100 ekor maka lahan budidayav azolla yang diperlukan adalah 4-5 hektar. Angka ini masih bersifat sementara karena menggunakan asumsi hasil dari penelitian di daerah Malang, Jatim. Â Sedangkan di Krayan pertumbuhan Azolla ternyata lebih cepat, mungkin disebabkan bahan organik lahannya yang masih sangat tinggi dan iklimnya yang sangat cocok.
Di Krayan Induk Azolla sudah cukup berkembang dengan baik, namun masyarakat belum paham nilai dan kegunaannya. Â Sawah-sawah di Krayan biasanya agak jauh dari pemukiman penduduk yang sekaligus tempat beternaknya. Â Sehingga letak pengembangan ternak dan letak sumber pakan (Azolla) seharusnya bisa di dekatkan. Letak yang jauh antara sumber pakan & ternaknya menjadi sebab program alternatif akan ini terhambat.
Jarak yang cukup jauh dari rumah pemukiman ke sawah, jalan yang belum bagus, sarana transportasi yang agak sulit menyebabkan program lambat bisa diserap atau diterapkan dalam skala luas. Â Seharusnya ada skema atau arah program untuk mendekatkan lahan Azolla yaitu lahan sawah dengan tempat usaha peternakan. Â Atau bagaimana jika usaha peternakan itu dikembangkan di dekat kesawahan dengan sistem kandang.
Bisa jadi program kandangisasi kerbau ini akan menjadi pemicu berkembangnya usaha pertanian yang lain.  Hal ini karena selama ini kerbau selalu menjadi hama besar yang merusak tanaman–tanaman yang baru ditanam.  Petani menjadi malas menanami lahan atau kebunnya karena sering diganggu oleh kerbau.  Kalau kerbau dikandangkan berarti juga pupuk kandang bisa dikumpulkan dan dihasilkan,  sehingga menjamin meningkatnya produksi serta pendapatan usaha tani.  Kandang kerbau menjadi pabrik pupuk organik yang siap melayani kebutuhan pupuk lahan usaha tani sawah maupun kebun.  Usaha tani menjadi lebih bergairah karena hama kerbau bisa dikendalikan dan pupuk relatif sudah tersedia.
Dengan tersedianya alternatif pakan ternak yang cukup diluar padi/ beras/ nasi, maka ternak tidak menjadi ancaman pangan lagi.  Bahkan dari ternak dapat menghasilkan pupuk dan daging, telur dan lain–lain yang merupakan pendapatan tambahan untuk mencukupi tuntutan kehidupan yang semakin banyak ditengah perubahan kehidupan yang lebih maju.
Dengan demikian surplus beras yang selama ini terjadi bisa dijual menjadi devisa dan pendapatan lebih banyak lagi. Â Apabila kalau diekspor ke negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei dengan jumlah yang lebih banyak, maka devisa yang masuk juga semangkin banyak.
Dengan demikian mencari alternatif pakan untuk usaha peternakan berarti juga akan menambah keamanan pangan. Â Dengan upaya memperbaiki cara beternak akan mengurangi gangguan hama kerbau sekaligus menyediakan pupuk, yang kemudian dapat meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan pendapatan dan devisa bagi masyarakat dan negara. Masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H