Mohon tunggu...
Iqtara Rizky
Iqtara Rizky Mohon Tunggu... Lainnya - Apa adanya

Saling berbagi dan saling belajar bersama - sama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menuju Perdamaian Dunia

1 Maret 2022   17:19 Diperbarui: 1 Maret 2022   17:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peradaban manusia seperti tidak akan lepas dari yang namanya konflik, sejak awal kita mulai membangun peradaban dari zaman kuno, pertengahan hingga sekarang sampai pada zaman modern, sebuah konflik tetap ada menghiasi kehidupan manusia baik itu dalam skala besar ataupun skala kecil namun tetap saja itu akan menimbulkan kehancuran fisik ataupun kehancuran non fisik. 

Kehancuran fisik itu seperti hancurnya sebuah pemukiman dan tempat-tempat disekitarnya, biasanya itu disebabkan oleh konflik skala besar, dan kehancuran non fisik itu seperti adanya rasa dendam, kesedihan dan amarah dari diri tiap manusia yang terluka oleh suatu hal, hal itu bisa disebabkan oleh konflik skala besar ataupun skala kecil. 

Salah satu penyebab dari selalu munculnya konflik yang berkepanjangan dari dahulu hingga sekarang yaitu adalah karena kehancuran secara non fisik. 

Kenapa bisa sampai seperti itu? Itu dikarenakan kehancuran non fisik yang diterima oleh tiap-tiap individu, baik itu pihak yang bertikai atau pihak yang menjadi korban karena adanya pertikaian tersebut. 

Hal itulah yang menyebabkan adanya rasa kesedihan, kebencian lalu timbul menjadi dendam, lalu dendam dan kebencian berkepanjangan tersebut diwariskan secara bertahap kepada tiap-tiap generasi itulah yang menjadi awal dari konflik-konflik berikutnya.

Peperangan, pembunuhan merupakan faktor terbesar dari adanya konflik skala besar yang terjadi didunia, sebuah pembunuhan yang menimbulkan rasa dendam akhirnya berujung pada sebuah peperangan yang menghancurkan dunia. Seperti misal pembunuhan seorang pangeran dari Austria-hungaria berakibat timbulnya perang besar pada 1914 sampai pada 1918, yang mana konflik itu bisa terjadi akibat dari adanya dendam antara pihak satu dengan yang lainnya. 

Bersambung sampai pada perang besar kedua pada 1939 sampai pada 1945, yang terjadi akibat dari adanya ketidakpuasan dan dendam yang disebabkan oleh kekalahan Jerman pada perang besar pertama. 

Dua hal yang saling berkaitan karena adanya rantai dendam dan kebencian yang menimbulkan banyak korban hingga memunculkan rasa benci yang mendalam.

Lalu pasca perang dunia 2 muncul lagi konflik besar baru yang berkepanjangan, yang mana itu disebabkan oleh keegoisan dalam diri masing-masing pihak, seperti pada perang Vietnam dan perang Korea yang bukan hanya menimbulkan kehancuran sangat besar tetapi masih menimbulkan dendam dan kebencian yang terus terbawa hingga saat ini. 

Dua hal tersebut merupakan contoh dari akibat adanya keegoisan dan keserakahan dalam diri manusia, yang mana konflik itu bisa terjadi dan masih berlanjut, khususnya yang terjadi pada perang Korea yaitu karena adanya penyebaran pengaruh Ideologi yang berbeda yang mana kedua Ideologi itu saling bertikai untuk menyebarkan pengaruh mereka di tempat- tempat tersebut. Perang Vietnam dan perang Korea merupakan dua contoh dari konflik besar berkepanjangan yang terjadi karena adanya keegoisan dari berbagai pihak.

Seharusnya konflik-konflik tersebut bisa dihindari yaitu dengan cara saling pengertian, berani untuk bisa memaafkan dan bisa untuk menghilangkan rasa egois dari dalam diri masing-masing pihak. Dengan hilangnya hal-hal itu dari tiap-tiap diri pihak yang bertikai maka konflik bisa dihindari dengan berbagai mediasi dan pembicaraan secara terbuka untuk penyelesaian masalah yang terjadi. 

Namun suatu konflik seperti perang dan pembunuhan masih tetap akan terjadi karena hal itu sudah seperti bagian alami dari manusia, mungkin peperangan bisa dihindari dan tak akan terjadi namun pembunuhan masih akan terus terjadi sampai kapanpun karena pendahulu kita sendiri lah yang telah mewariskan hal itu, dan secara tidak langsung hal itu mungkin menjadi cara terbaik menyelesaikan suatu masalah.

Selama masih adanya cahaya maka disitu juga ada bayangan, kebaikan maka ada kejahatan itu sudah menjadi bagian diri manusia, hal-hal yang saya jelaskan sebelumnya itu bisa menjadi kunci dari kejahatan ataupun pembunuhan, rasa kebencian dan dendam lah penyebabnya maka rasa kepedulian dan pengertian lah penangkalnya. Bila saja kita bisa saling mengerti dan peduli terhadap hal-hal yang ada disekitar kita maka itu bisa menjadi awal dari perdamaian dunia. 

Perdamaian dunia tidak akan pernah terjadi jika kita masih memiliki dendam dan kebencian yang bersarang dalam diri kita. Mungkin itu terlalu utopis karena sebagian besar manusia menganggap hal itu tidaklah mungkin, namun jika kita berusaha dengan sebaik mungkin maka hal tersebut bisa terjadi, sebuah perdamaian bagi dunia ini, saling bergandengan tangan bersama, tertawa dan berbahagia bersama hal itulah yang saya ingin semua orang bisa lakukan.

Sulit memang, karena untuk menghapus dendam dan kebencian itu adalah hal yang tidak mungkin, namun kita bisa mencegah hal semacam dendam dan kebencian bisa berlanjut dengan memberikan penangkalnya yaitu dengan kepedulian dan pengertian. Belajar untuk saling peduli, belajar untuk saling mengerti dan terus berlanjut hingga generasi berikutnya maka bukan hal mustahil lagi untuk mewujudkan perdamaian. Bagi saya tidak ada hal yang mustahil selama kita tidak mudah untuk putus asa dan menyerah, sulit, tetapi harus dan wajib dicoba oleh semua manusia di dunia. 

Saya sendiri pun merasa sulit untuk menjalankan hal-hal tersebut, tetapi bagi saya akan tetap terasa sulit jika kita terus menerus berusaha sendiri, berusaha bersama-sama untuk mencapai kebahagiaan bersama bagi terwujudnya perdamaian dunia, tidak memperdulikan semua perbedaan, tidak memperdulikan semua kekurangan, saling mengerti dan peduli, menghilangkan keegoisan dan berani untuk meminta dan memberi maaf, jika kita bisa melakukannya maka perdamaian dunia bukan lagi sekedar mimpi, bukan lagi sekedar ide-ide utopis.

By Iqram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun