Mohon tunggu...
Iqmal Tahir
Iqmal Tahir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sekali-sekali menulis di sini. Kalau mau baca tulisan yang lebih sering ter-update silakan masuk di blog saya di link ini : http://iqmaltahir.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Misteri Kristal dari Air Liur Bayi di Malang

28 Maret 2012   01:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca berita di Kompas Online soal bayi yang mengeluarkan kristal dari air liurnya (link di sini) memang jadi menarik perhatian. Saya pun  tertarik untuk ikut mengulasnya dan nanti kepastiannya tentu saja harus menunggu hasil analisis yang sebenarnya. Sumber informasi saya adalah hanya berdasarkan foto dan berita di Kompas saja yang memang ditulis secara berturutan sebagai  Topik Pilihan minggu ini. Dalam hal ini ada faktor kesehatan bayi yang menjadi fokus dari kejadian ini. Kronologi Bayi Mengeluarkan kristal dari Air Liur Seperti diketahui kalau  ada seorang balita yang diberitakan mengeluarkan air liur yang kemudian berubah menjadi kristal. Balita anak dari Warga Perumnas Tumpang Permai, Blok P11 RT 14 RW 04, Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, membuat heboh dengan kejadian tersebut. Bayi tersebut bernama Rafael, yang baru berumur satu tahun, merupakan putera dari pasangan Hariadi (38) dan Leni Marliani (35). Setiap kali bayi tersebut mengeluarkan liurnya, seketika langsung mengkristal. Hal demikian terjadi setiap hari dan sampai sudah menghasilkan lebih dari seratus butir kristal bulat yang mirip dengan mutiara. [caption id="attachment_178659" align="aligncenter" width="620" caption="Rafael - Bayi di Malang yang mengeluarkan air liur jadi kristal (Sumber : kompas.com)"][/caption] Hari Jumat (16/3/2012) sore, di rumahnya, sejumlah wartawan telah melihat sendiri air liur Rafa yang berubah menjadi kristal. Leni menceritakan bahwa kali pertama air liur menjadi kristal terjadi pada 14 Febuari 2012 lalu. Dikisahkan oleh ibunya saat digendong, terlihat Rafa mengeluarkan liur yang dikira air liur biasa tetapi kemudian ternyata air liur tersebut menggantung di bibirnya bagian bawah, saya baru kaget karena langsung mengeras seperti kristal. Pada awalnya dikira air liur biasa sehingga dibuang, namun kemudian terjadi berulang kali bahkan ada yang berukuran cukup besar. Proses yang diceritakan adalah air liur keluar dan kemudian hanya butuh waktu beberapa detik saja maka air liur itu langsung mengkristal. Bentuknya sama saat pertama kali saya menemukan liur yang sudah mengkristal saat mengantung di bibirnya. Dari hasil pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan di puskesemas dinyatakan kalau tidak bisa diketahui jenis penyakit yang diderita namun dinyatakan kalau kondisi Rafa adalah sehat.  Terkendala biaya maka pemeriksaan lebih lanjut ke laboratorium di rumah sakit belum dilakukan. Sempat juga diperiksa  oleh orang pintar yang seorang kyai dinyatakan tidak ada apa-apa  ataupun tidak terkena guna-guna orang.  Sejak 17 Februari sampai pertengahan Maret 2012 telah terkumpul kristal sejumlah  102 butir kristal. Saat ini kristal-kristal tersebut harus selalu dekat dengan Rafa. Pendapat tim IDI Malang Dari pemeriksaan ilmiah oleh tim dokter di Malang, disebutkan menurut ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang dr. Subagyo bahwa kejadian air liur bayi yang mengeras berubah menjadi kristal sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah (Baca link ini). Batu dari air liur sangat mungkin terjadi disebutkan bahwa hal itu bukan tidak masuk akal. Batu liur itu memang ada dan bisa keluar khusus pada kelinjer, dan bisa mengkristal. Kasus itu sangat memungkinkan tetapi sangat jarang terjadi. Oleh dr. Subagyo disebutkan bahwa apa yang menimpa Rafael adalah salah satu jenis kelainan, namun tidak terlalu membahayakan pada bayi. Efeknya pada sistem pencernaan karena air liurnya menjadi kurang optimal. Pada kasus tersebut kalau betul terjadi maka diduga fungsi air liurnya terganggu dan kualitas liurnya tidak normal. Memang beliau belum dapat menjelaskan karena memang harus dilakukan tes di laboratorium. Tentu saja beliau tidak akan menyimpulkan secara dini apa yang sudah terjadi karena belum ada pengujian lebih mendalam. Penelitian UB Malang Dari pihak Jurusan Biologi Fakultas Matematika, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur kemudian berhasil melakukan pengujian lebih lanjut (Berita di link ini). Pengamatan yang dilakukan adalah dengan meneliti perilaku sang anak dan pengamatan  proses pembentukan kristal. Tim itu juga meneliti gerak gerik bocah itu seperti yang dikemukaan oleh Ketua Jurusan Biologi FMIPA UB, Widodo SSi, MSi, PhD pada 21 Maret 2012. Dilaporan bahwa dari hasil penelitian gerak gerik, Rafa adalah anak yang cerdas, memiliki fungsi motorik bagus serta dikatakan sebagai sehat dan normal. Pengamatan yang dilakukan relatif terbatas sehingga saat itu tidak sampai memperoleh pengamatan kejadian pembentukan kristal dari air liur. Meskipun demikian pihak UB dapat memperoleh sampel kristal dari ibu yang bersangkutan. Disebutkan kalau uji di laboratorium belum selesai dilakukan namun diperkirakan kalau air liur sang bayi itu memiliki kandungan pembentuk gigi dan tulang dengan dosis cukup besar di air liur.  Pihak UB sendiri menurut  Widodo belum dapat memastikan kapan selesainya pengujian laboratorium tersebut. Perawatan medis oleh RSSA Malang Perawatan medis terhadap sang bayi juga ditangani oleh tim medis dari RSSA Malang, dokter Haryudi Aji Cahyono. Berita ini disarikan dari link ini. Pemeriksaan yang dilakukan selama dua hari tersebut diterangkan oleh Dr Haryudi bahwa meliputi  pemeriksaan fisik dan pemeriksaan air liur yang keliar dari Rafa itu. [caption id="attachment_178660" align="aligncenter" width="619" caption="Batu kristal yang diisukan dari air liur bayi. (Sumber : kompas.com)"]

13328514972119463072
13328514972119463072
[/caption] Dari hasil pemeriksaan fisik dinyatakan bahwa kondisi Rafael sehat, tidak ada tanda-tanda sakit seperti kelainan fisik atau ketidakaktifan lainnya. Anak juga mudah melakukan pergerakan tubuh. Dari pemeriksaan air liur yang meski belum tuntas dilakukan, dinyatakan kalau air liur tersebut bukan sebagai sumber batu kristal. Batu kristal tersebut diindikasikan sebagai benda atau batu yang bukan berasal dari tubuh manusia. Dr Haryudi menyebutkan memang air liur bisa mengeras. Tapi kalau sampai mengeras jadi bola, layaknya mutiara, hingga saat ini, pihaknya belum mengetahuinya. Hasil pemeriksaan juga menyebutkan kalau air liur sang bayi tersebut memang banyak mengandung kadar kalsium. Dari banyaknya kadar kalsium tersebut yang bisa memicu cairan tubuh bisa mengeras. Keterangan hasil uji medis yang dilakukan tim medis dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang ini tetap dibantah oleh ibu dari sang bayi. Yang bersangkutan masih menyatakan bahwa kristal-kristal bukan tersebut berasal dari luar tubuh. Pengujian Bahan Kristal oleh RSSA Malang Setelah pengujian berlanjut, disebutkan kalau tim medis menyimpulkan bahwa kristal tersebut kemungkinan tidak berasal dari organ di dalam tubuh, tapi berasal dari luar diri bayi yang bersangkutan. Ini adalah kesimpulan uji medis yang dilakukan oleh tim medis dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, yang ditangani dokter spesialis anak, Haryudi Aji Cahyono. Kesimpulan ini disampaikan pada hari Minggu (25/3/2012), uji medis yang telah dilakukan melalui beberapa macam pengujian. Dari semua hasil pengujian jelasnya, disimpulkan bahwa air liur yang dikatakan berubah jadi kristal itu ternyata murni kaca. (Link berita dari sini). Pengujian pertama lanjutnya, dilakukan di Patologi Klinik RSSA Malang, yang hasilnya menunjukkan bahwa batu tersebut tidak ada kadar kalsiumnya. Pengujian menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa batu yang dianalisis tersebut mengandung banyak gelembung-gelembung kaca. Selain diuji secara patologi dan mikroskop, juga dilakukan pengujian pembakaran kristal dengan lilin dan hasilnya kristal itu tidak bisa meleleh. Penetesan menggunakan asam sulfat pekat juga menunjukkan bahwa kristal tersebut tidak juga larut. Pihak rumah sakit juga melakukan konfirmasi kepada ahli permata di Malang.  Mereka menyatakan kalau kristal tersebut adalah batu kaca. Meskipun demikian pihak RSSA Malang masih belum menyatakan batu itu palsu, walaupun sudah memastikan kalau batu kristal tersebut adalah positif batu kaca. Ulasan Saya sebagai seorang peneliti tentunya merasa skeptis akan hal-hal seperti itu. Pada satu sisi ingin membuktikan kebenaran hal itu karena bisa jadi sebagai satu kasus yang sangat jarang dan bahkan sudah saya coba lakukan penelusuran di internet yang menunjukkan tidak ada kasus serupa. Pada sisi lain juga ingin menunjukkan kebenaran yang sesungguhnya jika ada hal yang tidak benar di balik kasus itu. Untuk itu saya mencoba mengulas kasus ini dari beberapa hal, yakni :
  1. Pembahasan Kasus Secara Hipotetikal
  2. Kasus Pembentukan Padatan Dari Tubuh
  3. Analogi Kasus Sarang Burung Walet
  4. Pembuktian Ilmiah Pembentukan Kristal

Dari uraian yang coba saya tuliskan tersebut, sepertinya saya masih meragukan kalau kristal tersebut berasal dari air liur sang bayi. Jika saja dugaan bahwa kristal itu benar berupa bahan kaca silika atau glass bead maka perlu dicari darimana bayi tersebut memperolehnya. Hal ini sangat mungkin dapat menjadi kasus karena sangat mungkin ada bola kaca yang tertelan masuk dalam perut sang bayi. Mungkin saja bayi tersebut memperoleh bola kaca itu dari sumber lain yang tidak diketahui oleh orang tua yang bersangkutan. Benda-benda berbentuk bola seperti ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti mainan anak-anak (kelereng atau gundu), bola untuk penstabil cairan cat pada kaleng cat seprot, peralatan laboratorium, atau asesoris mainan. Untuk benda berbentuk bola yang mungkin dihasilkan dari bahan non kaca misal dapat diperoleh dari mata hewan (ayam, ikan). Penutup Pembuktian akan kristal tersebut tetap harus dilakukan baik untuk tujuan kebaikan kesehatan sang bayi serta untuk menjawab keingintahuan masyarakat luas. Dengan adanya pembuktian ini maka jelas tidak ada pihak yang dirugikan selama semua berlangsung secara alamiah. Sebagai penutup saya menyatakan bahwa tulisan ini hanya sebagai opini pribadi yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian dengan menggunakan metoda saintifik yang dipercaya. Saya tidak bermaksud mengecilkan pihak-pihak tertentu yang terlibat pada kasus ini, hanya ingin membantu menunjukkan kebenaran yang mungkin bisa ditunjukkan secara kuat. Tentunya juga saya berharap agar selalu mengutamakan kesehatan sang bayi. Dengan demikian apabila telah dipastikan bayi tersebut mengalami kelainan, tentunya dapat segera diketahui untuk kemudian ditangani sehingga dapat sehat kembali. Mohon maaf apabila ada opini saya yang salah karena masih keterbatasan data. Wallahu a’lam. PS. Tulisan ini ternyata merupakan postingan saya yang tepat ke – 100 di kompasiana. Sejak bergabung 5 Desember 2009, saya akui kalau tulisan saya ternyata belum pernah masuk TERAKTUAL, INSPIRATIF, BERMANFAAT dan MENARIK. Hehe… soalnya angin-anginan ..  dan yang jelas lebih senang kelonan daripada keloningan sih…. Baca tulisan lain soal misteri (tapi tetap nalar) :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun