Mengelilingi perpustakaan yang tidak ada ujungnya membuat saya menemukan beberapa hal yang menarik, salah satunya adalah banyak sekali pojok baca atau meja yang berada disudut-sudut ruangan dengan sekat yang memang terlihat sangat nyaman untuk membaca ataupun mengerjakan tugas.
Ada yang memang khusus untuk satu orang dengan disediakannya meja dan kursi yang nyaman. Terdapat pula ruangan yang berisikan orang banyak dengan sekat-sekat yang memisahkan antara satu dengan yang lainnya dan masih banyak lagi tipe yang lain. Menariknya setelah membaca dibeberapa artikel tentang perpustakaan ini, pojok baca tersebut harus di booking atau melakukan reservasi sebelumnya.
Namun ketika berkeliling di sana, jarang sekali saya menemukan pojok baca yang kosong. Semuanya dipenuhi dengan orang yang sedang membaca buku, mengerjakan tugas, ataupun bekerja. Akan tetapi tenang saja, walaupun pojok baca sudah penuh disana banyak sekali sofa-sofa yang diletakkan untuk orang yang memang datang hanya untuk membaca saja.
Tidak sedikit juga orang-orang yang datang hanya untuk melihat-lihat dan menikmati suasana di perpustakaan sembari mengambil beberapa gambar yang ada disana. Karena saya tidak bisa membaca buku yang menggunakan kanji, di sana saya hanya menikmati keindahan dan merehatkan pikiran sejenak dengan suasana yang sangat tenang.
Pada lantai tiga inilah kemudian dibangun sebuah jembatan yang menggabungkan bangunan tersebut. Dari situ nampak jelas setengah lingkaran atau bahkan lingkaran buku yang dihiasi oleh orang-orang yang sedang bergelut dengan dunianya sendiri.
Untuk dapat menyewa buku di sana, harus memiliki kartu member dengan memenuhi beberapa persyaratan seperti kartu identitas, SIM, surat keterangan kerja, dan lain-lain. Atau jika hanya sementara bisa juga dilakukan dengan mengisi beberapa data seperti email, nama, alamat yang bisa diakses melalui situs website mereka.
Kekurangan yang saya temukan dari perpustakaan ini mungkin hanya kepada Warga Negara Asing (WNA) yang belum terlalu bisa membaca tulisan kanji. Karena buku yang menggunakan bahasa Inggris tidak terlalu banyak dibanding yang memang menggunakan bahasa Jepang. Namun siapa sangka banyak buku tentang berbagai negara, bahkan tentang Negara Indonesia-pun ada disana yang ditulis menggunakan huruf kanji.
Hal ini yang kemudian dapat dijadikan sebuah inovasi untuk Indonesia. Walaupun era digital sudah semakin melambung tinggi, literasi tidak boleh untuk ditinggalkan atau bahkan sampai musnah. Karena buku adalah jendela dunia, dari sanalah kita dapat menemukan sudut-sudut dunia yang belum pernah kita ketahui sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H