Mohon tunggu...
Iqlima Naqiyya
Iqlima Naqiyya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi UIN SUKA ILKOM 23107030056

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Beri Kesempatan Bekerja bagi Penyandang Disabilitas, Jepang Dirikan "Rumah Kerja Disabilitas"

1 Juni 2024   21:34 Diperbarui: 2 Juni 2024   20:00 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Takdir Tuhan memang tidak bisa untuk dihindari, tapi sebagai manusia pasti ada sebuah usaha untuk kembali meneruskan hidup.

Seperti halnya seseorang yang terlahir sebagai penyandang disabilitas, bukan berarti diberi kehidupan hanya untuk terus diam dan tidak melakukan apa-apa atau bahkan hingga mendapatkan diskriminasi terhadap lingkungan sekitarnya. Melainkan mereka seharusnya diberi ruang untuk berkreasi dengan kemampuan yang dimiliki.

Sebagai penyandang disabilitas pasti dianggap sebagai sebuah kekurangan, namun percayalah dibalik kekurangan yang dimiliki pasti ada kelebihan.

Seperti di Kanazawa, Jepang terdapat sebuah tempat yang digunakan sebagai tempat bekerja khusus untuk para disabilitas. Tempat tersebut bernama (Aju), sudah didirikan hampir 24 tahun lebih yang dipimpin oleh seseorang yang memiliki kebutuhan khusus.

Disana Saya ditemani oleh Hikmah, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah lama menjalani hidup di Jepang. "Yang datang adalah orang-orang yang susah untuk bekerja dan yang dtg ketmpt itu dari berbagai kondisi, ada yang kondisi badannya bermasalah ataupun masalah mental, atau ada efek samping dari sakit yang dideritanya" tuturnya.

Ditempat itulah mereka diberi kesempatan untuk bekerja sekaligus memberikan kegiatan yang bermanfaat.

Seperti disediakan bahan-bahan untuk merajut, menjahit, membuat origami, dan masih banyak lagi. Setiap harinya akan ada orang satu atau 2 untuk menjaga kelas tersebut serta membantu jika merasa kesulitan.

"Dokumen Pribadi"

Setelah membuat kerajinan-kerajinan tangan tersebut, lalu akan didistribusikan ke beberapa tempat untuk dijual dan nantinya akan menghasilkan uang untuk mereka "barangnya didistribusikan ke beberapa toko, Stasiun Kanazawa, atau jika ada event biasanya barangnya ikut ditaruh disana" jelas Hikmah.

Dua hari saya dan dua mahasiswa lainnya mengunjungi tempat tersebut.

Hari pertama kami mendapat kesempatan untuk diajarkan membuat origami, mulai dari berbentuk katak, kupuk-kupu, pesawat, dan lain-lain. Bahkan mereka membuatkan topi kertas dari koran bekas. Disana kami berkanalan satu sama lain, dengan dibantu mentranslatekan oleh Hikmah.

Durasi mereka berada di tempat itu berbeda-beda, ada yang baru dua tahun, tujuh tahun, bahkan ada yang hampir 20 tahun lamanya.

Jadwal mereka datang juga berbeda-beda, tergantung mereka meminta jadwal dihari apa.

Menariknya, mereka memberi fasilitas berupa antar-jemput bagi mereka yang tidak ada kendaraan untuk datang kesana.

Disana mereka bercerita bagaimana kehidupan mereka sebelumnya. Ada yang dulunya bekerja sebagai guru (Hoikuen)atau guru taman kanak-kanak namun terhenti karena terkena sebuah penyakit.

Mereka juga bertanya mengenai kehidupan di Indonesia yang mungkin terlihat berbeda dengan di Jepang. Seperti anak-anak bisa diperbolehkan memegang hp ketika sudah menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bahkan ketika menginjak Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Dokumen Pribadi"

Pada hari kedua banyak wajah baru yang di hari sebelumnya belum bertemu. Bahkan dengan penjaga yang berbeda pula.

Di hari itu kami sudah disiapkan bahan-bahan untuk membuat kerajinan tempelan kulkas. Mulai dari bulatan kertas, kain bekas, tempelan maghnet, dan berbagai bahan lainnya.

Kami diajarkan step by step dengan perlahan. Kesusahan kami disitu hanyalah keterbatasan bahasa yang kami miliki. Karena pada dasarnya orang Jepang susah untuk berbicara dengan Bahasa Inggris.

Sangat terlihat di hari itu bahwa orang Jepang sangat teliti dan hati-hati ketika membuat sebuah kerajinan. Bahkan tempelan kulkas yang harusnya bisa ditempel dengan lem saja, mereka memilih untuk dijahit. Mereka sempat berkomentar jika kami tidak terlalu pandai untuk jahit-menjahit dengan bercanda bersama.

Salah satu yang mengajari kami adalah penyandang disabilitas itu sendiri. Ia amat lihai dalam memasukkan jarum kedalam kerajinan tersebut. Terlihat dari hasil kerajinannya terlihat amat rapi.

Kerajinan tersebut adalah buah tangan yang mereka berikan kepada kami, setelah dua hari mengunjungi tempat tersebut dan menjadi kenang-kengan yang sangat spesial bagi kami.

Kami mendapatkan kesempatan besar dapat mengunjungi tempat yang sangat mengagumkan ini. Saya berharap di Indonesia dapat menjadikan ini sebagai sebuah inovasi untuk menjadi lebih baik.

Tidak hanya mendapatkan caci makian dan diskriminasi, namun mereka mendapatkan kesempatan besar untuk dapat bekerja atau mengkreasikan bakat mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun