"Enggak usah bingung dan tanya kenapa. Kamu tau, kan, Bayu adalah manusia baik hati yang beruntungnya plus misterius, hahaha."
      Entah apa yang ada di pikiran Bayu yang sok-sokan misterius. "Pasti maksudnya mau ngajak baca buku di taman, kan?" Shabira membatin.
      Membaca buku begitu disukainya, tapi masa iya dia bakal bawa Life Span Development, buku teks tentang perkembangan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa? Apa ini tak menjadikannya lebih pening dan aneh?
      Sabtu siang Bayu mengirim pesan, memastikan Shabira akan datang sore nanti. Gadis itu menjawab singkat, "Iya datang, tunggu aja."
      Dua jam setelahnya Shabira tiba di taman. Ia duduk di salah satu gazebo, memandangi orang-orang sedang duduk-duduk melepas penat. Di taman ini terdapat pula fasilitas kebugaran dan playground dengan hamparan bak pasir yang terbuka untuk umum. Dua anak kecil yang sepertinya kakak beradik sedang bermain di bak pasir dan terlihat gembira sekali, "Ah, aku ingin kembali jadi anak kecil." batin Shabira sambil menengok sekeliling karena Bayu tak kunjung nampak batang hidungnya.
      Maka Shabira beranjak dari gazebo, berjalan-jalan pelan di taman sambil memantau kalau-kalau ia menemukan Bayu. Ia tiba di samping area bundaran yang luas dan berumput pendek-rapi lantas berhenti sejenak. Bundaran itu dipenuhi sembilan orang muda-mudi --sepertinya, yang terlihat sedang menyiapkan sebuah acara kecil-kecilan.
      Shabira mengamati lebih dekat dan betapa terkejutnya ketika seseorang di sana melambai padanya dan berteriak, "Shabira, sini, mau book date, kan, bareng aku?"
      Astaga Bayu!
      Gadis itu lalu berjalan mendekat dengan kikuk sambil berusaha menahan pipinya untuk tidak bersemu merah sebab si anak muda usil itu menyebutkan 'book date'. Ah, book ... date?
      Jadi dia mengajak aku kencan, kah? Ya ampun, kini Shabira tidak bisa menguasai hati dan degup jantungnya mengingat gadis itu juga punya perasaan yang lebih-dari-sekadar-teman terhadap Bayu.
      Tapi ternyata ini bukan kencan buku berdua, melainkan bersepuluh. Shabira sedikit kecewa sambil mengikuti sesi silent reading selama satu jam. Dibacanya lanjutan bab tujuh buku teksnya dengan malas. Ujung mata Shabira sibuk melirik Bayu yang duduk di hadapannya, dan menyebalkannya lagi tempatnya duduk diapit oleh dua perempuan. Diam-diam Shabira mengamati cover buku Bayu, Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa, Kim Hae N-na ...