AIVA dianggap cukup berhasil berkat sentuhan tangan dingin Pierre Berrau sang penciptanya. Salah satunya melalui video komposisi AIVA bertemakan: Si-fi yang dimainkan oleh musisi nyata dari CMG Orchestra. Alhasil cukup menarik dan punya komposisi yang cukup baik untuk sebuah AI. Bahkan dinobatkan sebagai komposer virtual pertama oleh Societe des Auteurs Compositeurs et Editeurs de Musique (SACEM) yang bermarkas di Paris, Perancis.
Melihat kemajuan tersebut, bukan hal yang mustahil di masa depan AIVA mampu mengombinasikan data-data vokal dari penyanyi yang telah tiada dalam bernyanyi dengan lirik lainnya. Atau bahkan membuat komposisi musik sesuai dengan melodi yang produser tersebut buat semasa hidupnya. Kita tidak tahu apakah itu bisa terjadi, tapi AI dengan segala sumber dayanya seakan mencoba pada tahapan tersebut.
Kemampuan AI Sama Bagusnya Membuat Musik
Sebagai sebuah contoh yang sangat sederhana yaitu dalam proses pembuatan musik EDM. Saya mencontohkan genre musik ini karena saya cukup paham dan sangat era dengan aplikasi pada proses pembuatannya.
Ada sejumlah aplikasi yang digunakan dalam proses pembuatannya, paling popular adalah FL Studio, Ableton, atau Logic Pro. Ada juga aplikasi lainnya tapi saya menyarankan ini karena kelebihan dan fitur yang didapatkan. Selain itu para musisi paling banyak menggunakan ketiga aplikasi tersebut.
Nah.. bila dipadukan dengan algoritma khusus yang akan punya cara sendiri dalam memproses data. Itu semua masih dalam kontrol sang musisi dan bahkan data-data yang dimiliknya. Pastinya tanpa harus menghilangkan ciri khas sang musisi yang begitu kentara.
Apakah kita perlu merasa takut dan waswas dengan adanya AI? Jawabannya tidak perlu. Musisi yang terus belajar, menajamkan perasaan, dan melatih bakatnya tak perlu takut. Karena manusia punya batas berkembang yang tidak dimiliki oleh AI.
Konsep AI hanya mampu mengembangkan kemampuannya pada batas tertentu, bukan pada batas spesifik yang manusia punya. Sesuai dengan jargon: setiap manusia itu unik dan berbeda, setiap perbedaan itu mampu menghasilkan sebuah karya atau ide brilian yang tak mampu digapai oleh teknologi sekalipun.
AI wujud jangkauan manusia pada teknologi
Menjadi musisi di era modern begitu melelahkan, mereka bisa bekerja 7/24 setiap harinya. Salah satunya menjadi musisi di musik EDM, genre musik yang begitu digandrungi anak muda kekinian. Ceruk besarnya seakan membuat para produser rangkap jabatan menjadi DJ (Disk Jockey).
Selain tampil di atas panggung utama (mainstage), DJ Produser harus bekerja siang untuk membuat tracklist musik miliknya dan malam harinya untuk tampil di hadapan fans. Jelas sangat memakan banyak waktu dan menyita banyak pikiran, bahkan ada DJ Produser yang harus depresi karena itu semua.
Hadirnya AI seakan memudahkan pekerjaan DJ Produser, ia bisa diperintah sesuai dengan kemauannya. Kehadiran AI seakan bisa memudahkan si produser dalam membuat musik atau menyaring tracklist sesuai dengan keinginannya. Bahkan memerintahkan AI dalam mencari melodi, chord, dan efek yang diinginkan.
Setelahnya tinggal bagaimana sang musisi dalam memeriksa ulang pekerjaan yang telah dilakukan oleh AI tersebut. Apakah sudah sesuai ataukah belum seperti yang diharapkan sang musisi. Alhasil DJ Produser bila punya banyak waktu lainnya apakah bersama teman dan keluarga atau mengembangkan karya lainnya. Termasuk menurunkan stres para musisi dan bahkan meningkatkan kualitas karya lainnya.