Seperti hari-hari biasa, pagi itu Kaila berangkat menuju ke sekolahnya. Yang berbeda adalah ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia bermaksud untuk mengerjakan beberapa tugas yang memang akhir-akhir ini sedang banyak diberikan oleh gurunya karena sedang mendekati akhir semester. Setibanya di depan kelas, ia dapati pintu masih tertutup rapat dan tergembok, lantas ia memutuskan untuk pergi ke masjid sekolah.
“Pagi pak,” salam hangat dari Kaila kepada bapak tukang kebun yang dijumpainya.
“Oh ya pagi juga dek, kok pagi jam segini sudah ada di sekolah?” tanya beliau.
Kaila sedikit terlambat menjawab karena ia terpikirkan oleh tugas yang harus segera ia kerjakan, “Eh iya pak saya ingin mengerjakan tugas hehe, jadi berangkat lebih pagi. Mari pak.”
“Oh ya dek,” balas bapak tukang kebun.
Setibanya di masjid, ia terkejut karena banyak sekali kotoran ayam di serambi masjid, begitu pula daun-daun yang telah gugur banyak berserakan di teras. Lalu ia pun bergegas masuk ke dalam masjid untuk segera mengerjakan tugas-tugasnya.
“Eh, siapa itu ya?” tanya Kaila dalam hati melihat ada sesosok pemuda datang. Ia terkejut karena dipikirnya hanya dirinya yang berangkat pagi sekali hari itu.
Pemuda itu terlihat olehnya segera menaruh tasnya, kemudian mengambil air dengan ember, dan alat pembersih lantai.
Kaila bertanya-tanya dalam hatinya, “Sedang apa sih dia?”.
Dengan gesitnya, pemuda itu membersihkan kotoran-kotoran ayam yang ada hampir menyebar di serambi masjid, hingga bersih tak tersisa. Sepertinya ia melakukannya dengan cepat supaya orang-orang yang akan ke masjid merasa nyaman dan aman, terhindar dari najis kotoran ayam.
“Luar biasa sekali dia. Bukannya seharusnya yang membersihkan masjid itu bapak cleaning service ya?” gumam Kaila yang sedari tadi memperhatikan pemuda itu dari dalam.