Â
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pertama-tama penulis ingin mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional tahun 2020 kepada seluruh insan pendidik dari kalangan manapun  di seluruh pelosok Indonesia, mulai dari sekolah negeri hingga pesantren, dari tingkat pendidikan usia dasar hingga pendidikan tinggi, pendidik berstatus negeri hingga pendidik relawan yang setia memperjuangkan hak-hak anak Indonesia dalam mengenyam pendidikan berkualitas.Â
Konon katanya kata "guru" itu dalam bahasa jawa merupakan akronim dari "digugu lan ditiru", yang artinya dipercaya dan diikuti. Kita dapat mengambil makna yang dalam dari filosofi jawa itu, bahwa definisi guru yang selama ini sebagian dari kita kenal mungkin hanya sebatas guru di sekolah formal baik itu negeri atau swasta.Â
Namun pada hakikatnya setiap individu manusia memiliki nilai atau "value"guru bagi orang di sekitarnya. Yang membedakan satu dengan yang lainnya hanyalah seberapa luas dan besar "value" guru itu dirasakan oleh orang-orang di sekelilingya.
Pembaca mungkin banyak yang menganggap bahwa artikel ini berbeda dengan yang lain, dimana banyak yang membicarakan masalah guru itu sendiri. Namun penulis di sini ingin melihat perspektif lain dalam memaknai sosok guru.Â
Terdapat kisah singkat dimana ada  seorang anak yang kurang beruntung. Setiap harinya ia harus pergi memungut sampah bekas botol plastik untuk kemudian dijual demi menghidupi dirinya sendiri juga adiknya, karena kedua orangtuanya telah meninggal.Â
Pada suatu hari sang anak dan adiknya sedang menikmati santapan satu-satunya pada hari itu di teras toko dan kebetulan sedang hujan deras. Tidak lama kemudian ada pengendara motor yang menepi dan berteduh di teras toko itu juga.Â
Tampak pengendara motor itu menggigil kedinginan dan agak kelaparan. Sang anak yang dari tadi melihat si pengendara tersebut merasa kasihan dan membagikan sepotong roti miliknya.Â
Si pengendara pun berterimakasih kepada sang anak, lalu ia memakan roti tersebut. Namun selang beberapa saat setelah tersenyum, mulai jatuh beberapa tetesan air mata dari si pengendara.Â
Ia baru menyadari bahwa yang memberinya roti tadi adalah anak pemulung bersama dengan adik kecilnya. Lantas ia bergegas mengejar sang anak untuk memberikan sebagian uangnya sebagai rasa terimakasih, akan tetapi ia terlambat karena mereka telah pergi dari teras toko itu. Ia pun bertekad untuk menolong orang lain walaupun sesusah apapun keadaannya sesuai yang ia bisa, sebagaimana teladan yang telah diberikan oleh sang anak pemulung.