Memasukkan bahasa daerah kedalam kurikulum sekolah
Menurut UNESCO, seperti yang tertuang pada Atlas of the World's Language in Danger of Disappering, di Indonesia terdapat lebih dari 640 bahasa daerah (2001:140) yang ada di dalamnya kurang lebih 154 bahasa yang harus diperhatikan, yaitu sekitar 139 bahasa terancam punah dan 15 bahasa yang benar-benar mati (Sugiono, 2022). Memberi pelajaran bahasa daerah juga merupakan upaya untuk melestarikan budaya kearifan lokal di lingkungan sekolah. Seperti yang kita ketahui, pelajar jaman sekarang banyak dari mereka yang menganggap belajar bahasa daerah adalah suatu hal yang kuno dan akan memalukan terhadap mereka sendiri, padahal sebegitu pentingnya belajar bahasa daerah untuk menanamkan cinta dan sayang kepada budayanya sendiri untuk menjaga keberlangsungan pelestarian bahasa daerah dalam kehidupan bangsa dan bernegara.
Membuat pentas seni ketika terdapat event tertentu di sekolah/di kampus
Pada waktu saya masih duduk di bangku SMA, pentas seni dari berbagai daerah biasanya ditampilkan ketika merayakan hari ulang tahun sekolah. Seperti contohnya di sekolah saya, biasanya untuk merayakan hari ulang tahun sekolah, OSIS SMAN 1 Taman Sidoarjo menyelenggarakan acara yang bernama GSS (Gelar Seni Siswa) yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan, salah satunya yakni menampilkan berbagai pertunjukkan tarian daerah seperti: tari saman, tari remo dan tari-tari tradisional lainnya. Nah, secara tidak langsung, acara GSS ini menjadi kegiatan sebagai wadah siswa-siswi SMAN 1 Taman Sidoarjo yang mengikuti kegiatan tersebut dapat belajar banyak terhadap kesenian-kesenian daerah yang ditampilkan. Begitupun sama dengan para mahasiswa di kampus, diharapkan terdapat acara serupa untuk kepentingan pelestarian budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H