Di era digital ini, Artificial Intelligence (AI) telah merambah berbagai bidang, seperti pendidikan, media sosial, kesehatan dan bahkan sistem tenaga listrik.
Pengertian AI Menurut Para Ahli
AI memiliki definisi yang beragam tergantung pada sudut pandang para ahli. Berikut adalah beberapa pengertian AI menurut para ahli:
- John McCarthy (Pionir AI): McCarthy mendefinisikan AI sebagai ilmu membuat mesin cerdas, khususnya program komputer cerdas.
- Stuart Russell dan Peter Norvig (Penulis "Artificial Intelligence: A Modern Approach"): Mereka menyatakan bahwa AI adalah studi tentang bagaimana membuat komputer mampu melakukan tugas yang membutuhkan pemahaman manusia.
- Andreas Kaplan dan Michael Haenlein: Mereka mendefinisikan AI sebagai kemampuan suatu sistem dalam menafsirkan data eksternal dengan benar, belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel.
Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa AI berfokus pada pengembangan sistem yang dapat meniru atau mensimulasikan kecerdasan manusia dalam berbagai tugas, mulai dari pemrosesan data hingga pengambilan keputusan.
Revolusi sistem tenaga listrik berbasis Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) telah membawa transformasi signifikan dalam cara kita menghasilkan, mendistribusikan, dan mengelola energi. Integrasi AI dalam infrastruktur listrik tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga memastikan keandalan dan keberlanjutan pasokan energi.
Optimalisasi Jaringan Distribusi Energi
Salah satu penerapan AI yang paling menonjol adalah dalam optimasi jaringan distribusi energi. Dengan menerapkan algoritma pembelajaran mesin, perusahaan utilitas dapat menganalisis data dari sensor dan perangkat Internet of Things (IoT) yang terpasang di seluruh jaringan distribusi. Algoritma ini mampu mengidentifikasi pola konsumsi energi, mendeteksi anomali, serta mengoptimalkan aliran energi ke konsumen. Sebagai contoh, sebuah studi kasus dari perusahaan utilitas di Asia Tenggara menunjukkan bahwa melalui penerapan model prediksi berbasis AI, mereka dapat menyesuaikan produksi energi hingga 20% lebih efisien, yang berarti penurunan biaya operasi dan peningkatan keandalan sistem tenaga listrik.
Pemeliharaan Prediktif Infrastruktur Energi
Kecerdasan buatan juga memainkan peran penting dalam pemeliharaan prediktif infrastruktur listrik. Dengan menganalisis data dari sensor yang terpasang pada peralatan, AI dapat memprediksi kapan dan di mana kegagalan mungkin terjadi, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil sebelum masalah muncul. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi waktu henti tetapi juga menghemat biaya perbaikan. Misalnya, algoritma AI dapat menganalisis data dari alat pemantauan yang terpasang pada trafo dan peralatan lainnya untuk mendeteksi tanda-tanda awal kegagalan, memungkinkan teknisi untuk melakukan perbaikan sebelum masalah menjadi serius.
Integrasi Energi Terbarukan
Dalam konteks keberlanjutan, AI berperan penting dalam integrasi sumber energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, ke dalam sistem tenaga listrik. Algoritma AI dapat membantu memprediksi variabilitas yang inheren pada sumber energi ini dan menyesuaikan sistem untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Misalnya, dalam proyek besar di Eropa, AI digunakan untuk mengelola dan mengoptimalkan aliran energi dari ratusan pembangkit listrik sumber terbarukan, memaksimalkan penggunaan energi terbarukan pada puncak permintaan, sekaligus meminimalkan ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Berikut adalah beberapa negara yang telah menerapkan konsep energi hijau dalam sistem tenaga listrik mereka:
1. Norwegia
Norwegia merupakan salah satu negara dengan pemanfaatan energi terbarukan tertinggi di dunia. Pada tahun 2021, sekitar 99% dari total produksi listriknya berasal dari sumber energi terbarukan, terutama tenaga air.
2. Selandia Baru
Selandia Baru menempati peringkat kedua dengan produksi energi listrik terbarukan sebesar 80,9% dari total produksi listriknya pada tahun 2021.
3. Brasil
Brasil memiliki persentase produksi energi listrik terbarukan sebesar 78,4% pada tahun 2021, dengan sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga air.
4. Kolombia
Kolombia menghasilkan 74,5% listriknya dari sumber energi terbarukan pada tahun 2021, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap penggunaan energi hijau.
5. Denmark
Denmark tercatat sebagai negara yang paling banyak menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pada tahun 2021, porsi listrik dari PLTB dan PLTS di Denmark mencapai 51,9% dari total listrik yang dihasilkan.
6. Uruguay
Uruguay berhasil menghasilkan 46,7% listriknya dari PLTB dan PLTS pada tahun 2021, menempatkannya di posisi kedua setelah Denmark dalam penggunaan energi angin dan surya.
Data di atas menunjukkan bahwa berbagai negara di dunia telah berhasil mengintegrasikan energi hijau ke dalam sistem tenaga listrik mereka, dengan persentase yang signifikan berasal dari sumber energi terbarukan.
Sistem Kontrol dan Monitoring Energi Listrik dengan AI
Penggunaan AI dalam sistem monitoring dan kontrol energi listrik yang berbasis panel surya memiliki potensi signifikan dalam meningkatkan efisiensi energi. AI dapat digunakan untuk mengawasi beban secara real-time dan memastikan bahwa pasokan energi sesuai dengan kebutuhan. Dalam sistem energi berbasis panel surya, AI mengumpulkan data terkait beban listrik, seperti fluktuasi penggunaan energi pada jam-jam tertentu, cuaca, dan kondisi penyimpanan baterai. Pada penerapan smart building, AI memainkan peran penting dalam mengoptimalkan penggunaan energi di seluruh bangunan, seperti mengatur penggunaan energi agar lebih efisien, mengurangi daya pada saat tidak ada aktivitas di dalam ruangan, atau menyesuaikan pencahayaan berdasarkan intensitas cahaya alami.
Pengembangan Jaringan Listrik Cerdas (Smart Grid)
Jaringan listrik cerdas adalah sistem kelistrikan modern yang menggunakan teknologi digital dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi, keandalan, dan keberlanjutan. Dengan mengintegrasikan teknologi seperti AI, jaringan ini mampu mengelola berbagai sumber energi secara lebih efektif, termasuk energi terbarukan. AI berperan penting dalam pengembangan jaringan listrik cerdas dengan cara menganalisis data besar (big data) dari sensor-sensor yang tersebar di seluruh jaringan untuk mendeteksi masalah potensial sebelum terjadi gangguan, memprediksi pola permintaan listrik berdasarkan data historis dan kondisi cuaca, serta mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan dengan memprediksi produksi energi dari panel surya atau turbin angin.
Tantangan dan Masa Depan AI dalam Sistem Tenaga Listrik
Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat dalam sistem tenaga listrik, tantangan seperti keamanan siber, privasi data, dan kebutuhan akan infrastruktur yang memadai tetap menjadi perhatian. Namun, dengan investasi berkelanjutan dalam penelitian dan pengembangan, serta kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan akademisi, untuk mengatasi tantangan yang ada, AI memiliki potensi besar untuk merevolusi sistem tenaga listrik, menciptakan jaringan yang lebih efisien, andal, ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa depan.
Dengan investasi yang tepat dalam teknologi dan regulasi yang mendukung, AI dapat menjadi katalis utama dalam transisi global menuju sistem energi yang berkelanjutan.
SumberÂ
- Pengertian AI dan Sejarah Perkembangan
- Peran Kecerdasan Buatan Dalam Optimalisasi Sistem Tenaga Listrik
- 10 Negara Produsen Energi Listrik Terbarukan Terbesar Global (2021)
- 10 Negara Pengguna Tenaga Angin dan Surya Terbesar
- Sistem Kontrol dan Monitoring Energi Listrik dengan Kecerdasan Buatan (AI)
- Berbagai Pemanfaatan AI di Industri energi Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H