Mohon tunggu...
Iqbal Rajaguni
Iqbal Rajaguni Mohon Tunggu... ASN -

ASN di Pemprov Sulawesi Tengah, saat ini melaksanakan tugas belajar pada Pascasarjana Magister PSLP Universitas Brawijaya Malang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Keindahan Sabana di Baluran dan Nikmatnya Kopi di Gombengsari

28 November 2017   11:21 Diperbarui: 28 November 2017   18:59 2591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendapatkan penjelasan tentang sejarah dan aktifitas Kampung Kopi Gombengsari dari Bapak Haryono (Berikat Kepala). (Foto: Dokumentasi pribadi)

Waktu menunjukkan pukul 14.45 WIB saat kami tiba di Taman Nasional Baluran Situbondo, delapan jam perjalanan dari Kota Malang terasa sangat melelahkan. Setelah membayar tiket masuk Rp. 15.000 per orang (bukan hari libur) dan parkir mobil Rp. 10.000 /mobil/hari, perjalanan memasuki kawasan Taman Nasional Baluran dimulai, jalanan berbatu yang dilewati membuat kendaraan kami sedikit berguncang. 

Taman Nasional Baluran mengering dengan banyaknya tanaman yang meranggas sebagai akibat dari musim kemarau yang sebentar lagi sepertinya akan berakhir. Kurang lebih 5 km perjalanan, kami menjumpai pemandangan pepohonan yang hijau, bagian ini dinamakan Evergreen dimana pada sepanjang jalan sekitar 3 km tanaman di bagian ini selalu hijau sepanjang tahun.

Evergreen(Foto : dokumentasi pribadi)
Evergreen(Foto : dokumentasi pribadi)
Setelah melewati Evergreen, hamparan sabana Bekol memaksa imajinasi kita layaknya berada di Afrika.

Sabana Bekol (Foto: dokumentasi pribadi)
Sabana Bekol (Foto: dokumentasi pribadi)
Dari sabana Bekol, Kami melanjutkan perjalanan kearah pantai Bama yang masih bagian dari Taman Nasional Baluran untuk segera melepas penat seharian, disepanjang perjalanan kita akan menjumpai kawanan monyet dan bila beruntung kita akan melihat rusa dan banteng.

Monyet dan Rusa yang dijumpai di ssepanjang jalan menuju pantai Bama (Foto: dokumentasi pribadi)
Monyet dan Rusa yang dijumpai di ssepanjang jalan menuju pantai Bama (Foto: dokumentasi pribadi)
Pantai Bama, lega rasanya sampai di sini. Kesempatan yang ada kami gunakan untuk melepas lelah dan mengisi perut yang sejak siang belum terisi. Di pantai ini banyak dijumpai fasilitas seperti penginapan, kamar mandi umum, mushola, warung makan dan perahu sewa. Pantai Bama sangat memanjakan mata kita, selain pemandangan warna biru laut, kita juga dapat menikmati hijaunya hutan bakau.

Pantai Bama dan Hutan Bakau (Foto: dokumentasi pribadi)
Pantai Bama dan Hutan Bakau (Foto: dokumentasi pribadi)
Senja pun tiba, lelah telah terobati dan perjalanan harus dilanjutkan. Kami meninggalkan Taman Nasional Baluran dengan tujuan berikutnya adalah kawah Ijen.

Menjelang Isya kami sampai di Banyuwangi dan memutuskan untuk menginap di rumah seorang teman yang kebetulan asli Banyuwangi. Pukul 01.30 WIB, Kami berangkat menuju Paltuding yang merupakan pintu masuk kawasan cagar alam Taman Wisata Kawah Ijen dan sampai di sana pukul 02.00 WIB, dilanjutkan briefing singkat untuk keselamatan bersama. Sebagai informasi untuk naik ke Kawah Ijen dikenakan tiket masuk per orang Rp. 5000 (weekday) atau Rp. 7500 (weekend). Pukul 02.30 WIB pendakian ke Kawah Ijen dimulai, perjalanan kurang lebih 3 km selama 2 jam dengan berjalan kaki.

Rasa lelah selama pendakian kemudian terobati dengan indahnya pemandangan yang kita jumpai di puncak gunung Ijen. Sayangnya kami tiba diwaktu yang kurang tepat, kawah ijen yang berisi air asam pekat berwarna hijau kebiruan tertutup kabut tebal.

Kawah Ijen yang tertutup kabut tebal (Foto: dokumentasi pribadi)
Kawah Ijen yang tertutup kabut tebal (Foto: dokumentasi pribadi)
Penambang belerang di kawah Ijen (Foto: dokumentasi pribadi)
Penambang belerang di kawah Ijen (Foto: dokumentasi pribadi)
Penambang dan wisatawan menyatu di Kawasan Kawah Ijen (Foto: dokumentasi pribadi)
Penambang dan wisatawan menyatu di Kawasan Kawah Ijen (Foto: dokumentasi pribadi)
Pembangunan infrastruktur di Kawasan Kawah Ijen (Foto: dokumentasi pribadi)
Pembangunan infrastruktur di Kawasan Kawah Ijen (Foto: dokumentasi pribadi)
Setelah puas menikmati pemandangan dan mengambil beberapa foto untuk koleksi pribadi, kami pun turun dikarenakan matahari mulai meninggi, disertai asap belerang semakin pekat mengganggu pernapasan.

Di hari itu juga setelah istirahat makan siang, kami menuju destinasi terakhir sebelum kembali ke Malang, yaitu Kampung Agrokopi Dusun Lerek Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. 

Di Kampung Agrokopi ini kami ingin merasakan nikmatnya kopi jenis robusta yang diolah secara tradisional. Dusun Lerek Kelurahan Gombengsari, saat ini telah menjadi salah satu tujuan penikmat kopi yang berkunjung di Kabupaten Banyuwangi. Luas lahan kebun Kopi sekitar 1500 hektar, Gombengsari menjadi kelurahan penghasil kopi terbesar di Banyuwangi.

Rasa kopi yang khas dengan pengolahan secara tradisional, juga dapat dinikmati dengan susu kambing segar yang dapat diperah langsung dengan teknik tertentu sehingga susu segar lebih steril dan dapat langsung dikonsumsi. 

Edukasi yang dapat diperoleh di Gombengsari ini antara lain, praktek cara sangrai kopi sesuai tradisi turun temurun masyarakat, memerah susu kambing etawa dan pada musim panen dapat ikut wisata petik kopi. Kopi khas Gombengsari diberi nama Kopi Lego berasal dari nama dusun Lerek dan Kelurahan Gombengsari.

Mendapatkan penjelasan tentang sejarah dan aktifitas Kampung Kopi Gombengsari dari Bapak Haryono (Berikat Kepala). (Foto: Dokumentasi pribadi)
Mendapatkan penjelasan tentang sejarah dan aktifitas Kampung Kopi Gombengsari dari Bapak Haryono (Berikat Kepala). (Foto: Dokumentasi pribadi)
Bapak Haryono atau biasanya dipanggil Pak HO memperkenalkan Kopi luwak khas Gombengsari (foto: Dokumentasi pribadi)
Bapak Haryono atau biasanya dipanggil Pak HO memperkenalkan Kopi luwak khas Gombengsari (foto: Dokumentasi pribadi)
Salah satu pekarangan warga yang pada umumnya ditanami Kopi dan ditanam secara tumpangsari dengan tanaman pepohonan, Cara tanam ini sangat baik untuk menjaga keberlanjutan perkebunan Kopi. (foto: dokumentasi pribadi)
Salah satu pekarangan warga yang pada umumnya ditanami Kopi dan ditanam secara tumpangsari dengan tanaman pepohonan, Cara tanam ini sangat baik untuk menjaga keberlanjutan perkebunan Kopi. (foto: dokumentasi pribadi)
Edukasi cara sangrai Kopi (Foto: dokumentasi pribadi)
Edukasi cara sangrai Kopi (Foto: dokumentasi pribadi)
Kopi Lanang, salah satu produk Kopi Lego (Foto: dokumentasi pribadi)
Kopi Lanang, salah satu produk Kopi Lego (Foto: dokumentasi pribadi)
Tidak terasa hari telah senja, perjalanan selama dua hari di Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi, mendatangi tiga destinasi wisata dengan karakter yang sangat berbeda, telah memberi kesan yang begitu mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun