Seharusnya tidak perlu aku dengarkan petuah orang tua itu. Bisa-bisanya dia mengaku sebagai penjaga pengetahuan, nyatanya, semua ucapannya membuatku menderita.
"BRAK!"Â
"Apa salah meja ini, kau yang bodoh," protes Bonang dengan logat khas Sumatera Utara, jarinya yang panjang menunjuk wajahku.
"Akh..." kuhalau jarinya yang mengacung di depan wajahku.
"Eh, mau kemana kau?"
"Mati!" teriakku sambil berlalu.
***
Barisan pengetahuan yang lusuh dan berdebu itu tidak lagi dijamah oleh manusia, mereka lebih senang memainkan jari-jari lentiknya di atas layar yang halus ketimbang menjelentikkannya di atas kertas yang kumal, dekil, kucel, kusam dan usang ini.
mereka tidak lagi bangga menggandeng tubuh sintalku. memelukku mesra seharian, sudah bukan zamannya.Â
Kemarin Tikus tua itu berkelakar, katanya mereka akan berbondong-bondong mencariku.