"Janji, kamu enggak akan ninggalin aku?" tanya Aylin dengan nada sedikit memaksa.
Suranto menganggukkan kepalanya, matanya menatap lantai, "Iya..."
"Janji, kamu enggak bakalan cuekin aku lagi?" Pertanyaan Aylin masih dengan nada yang sama, setengah mengintimidasi.
Suranto kembali menganggukkan kepalanya, kali ini agak pelan, "Iya..."
"Janji, kamu enggak bikin aku nangis lagi?" Kali ini pertanyaan yang meluncur dari mulut Aylin disertai ancaman dengan jari telunjuk Aylin yang langsung menuju wajah Suranto yang sedang terancam di bawah tekanan intimidasi cintanya Aylin.
"Iya..." Anggukan Suranto agak cepat. Nampaknya Suranto sedikit takut dengan pertanyaan terakhir Aylin. Wajah suranto agak sedikit menegang dengan pertanyaan terakhir itu.
Perjumpaan antara Suranto dengan Aylin tergolong unik, bahkan mereka tidak menyadari kalau mereka saling jatuh cinta. Aylin lah yang menyadarinya pertama kali kalau dia ternyata menyayangi Suranto. Anehnya hati Aylin tidak pernah berdebar ketika bertemu dengan Suranto sejak awal perjumpaan mereka.
Tanpa disadari oleh Suranto, kebaikannya dan ketulusannya menjadi benih yang disemai di hati Aylin. Tembok besar yang dibangun Aylin di hatinya sejak beranjak dari Semarang runtuh, dia pernah disakiti oleh laki-laki yang dicintainya, laki-laki itu pergi begitu saja.
Apa lagi Suranto, laki-laki kelahiran Purwokerto dengan tampang lugunya itu ternyata menyimpan ribuan kisah tentang mantannya yang bertebaran di kampung Empang Bleduk. Berbekal pengalaman selama memadu kasih dengan gadis desa yang bertebaran di kampung ini, Aylin luluh hatinya.
Pemilik nama lengkap Ahmad Suranto itu berhasil membuat Aylin gadis keturunan Tionhoa dari Semarang selalu terbayang padanya siang dan malam. Suranto panas-dingin ketika Aylin mengungkapkan perasaannya di bawah langit sore yang sedang ranum.
Meskipun setengah dari jumlah gadis di Empang Bleduk pernah mendapatkan stempel dari Suranto, dia tidak pernah berhasil lulus dalam kategori Playboy cap Eceng Gondok, karena kebanyakan gadis-gadis itu lah yang membuat Suranto menderita, dengan semua drama Koreanya.
Suranto bingung bukan kepalang, gadis manis dengan ceruk di kedua pipinya itu menyukainya? Aylin si gadis Tionghoa itu dengan jujur mengungkapkan perasaannya sambil melelehkan air matanya karena Suranto akan pergi ke Jakarta.
Aylin bekerja di toko kelontong milik Koh Alay sebagai kasir, sementara Suranto bekerja sebagai pelayan toko, kadang-kadang dia juga menjadi kurir yang mengantarkan barang-barang sesuai pesanan langganan. Karena Suranto dan Aylin bekerja di kantor yang sama, toko kelontong Berkah Abadi tentu saja membuat mereka sering bercengkrama.
Aylin jauh lebih muda dari Suranto, sepuluh tahun selisih usia mereka. Menurut Suranto Aylin gadis manja, tukang ngambek, angin-anginan, kadang seneng kadang nangis, tapi Suranto tetap setia mendengarkan kisah perjalan Aylin sebelum sampai di toko kelontong milik Koh Alay.
Di mata Suranto, Aylin gadis yang kuat, mandiri dan hebat. Suranto tidak dapat memungkiri hal itu. Sebaliknya di mata Aylin, Suranto sosok laki-laki yang dewasa, maklum saja, Aylin anak satu-satunya di keluarganya yang telah lama pergi meninggalkannya. Aylin sebatang kara ketika beranjak dari Semarang ke kampung Empang Bleduk.
"Aku sayang kamu, Mas Suranto..." ucap Aylin manja.
"Iya..." Suranto tidak berani menatap Aylin. Dia hanya menganggukkan kepala.
Sore itu setelah toko tutup mereka berdua pergi ke sebuah tempat. Suranto yang mengajak Aylin ke tempat itu, kata teman-teman Suranto tempat nongkrongnya anak muda kalau pacaran, namanya Kafe Leset, tempatnya tidak jauh dari toko kelontong milik Koh Alay.
"Kok cuma iya?" protes Aylin.
"Iya, aku juga sayang kamu," ucap Suranto segera.
"Gitu dong." Aylin langsung bergelayut manja di lengan Suranto. Senyum Aylin yang manis membuat Suranto mematung, dia tidak berani menatap Aylin yang semakin terlihat cantik di mata Suranto, hanya sesekali saja dia mencuri pandangan, lalu ia buang jauh-jauh tatapannya.
Sekuat tenaga Suranto menahan godaan syahwat yang menjalar perlahan dari ujung jempol kakinya sampai ubun-ubun, karena Aylin yang bertubuh gempal itu terlihat sangat seksi sekali dimana Suranto. Jakun Suranto naik turun dibuatnya.
Jantung Suranto berdegup sangat kencang, keringatnya dikeningnya menyembul sebesar biji jagung, wajahnya agak pucat dan juga tegang, nampaknya dia sedang menahan dan menyembunyikan sesuatu, dia juga terlihat takut, mungkin sesuatu yang disembunyiaknnya itu bisa meledak.
Aylin menyandarkan kepalanya di dada Suranto sambil memainkan kancing bajunya, "Mas cintakan sama aku?"
"Iya..." Suranto mengangguk lagi, kali ini anggukannya terbata-bata.
"Ih... aku gemes deh sama kamu, Mas!" Aylina menyergap Suranto dengan gemas. Aylina lupa tubuh Suranto yang kurus kering cungkring itu tidak setimpal dengan tubuhnya yang gempal bagai karung beras lima puluh kilo, Aylina mendekap Suranto erat, sangat erat karena gemas.
Suranto memang menggemaskan, mantan-mantannya di kampung Empang Bleduk pun mengakui pesona Suranto yang membuat gadis-gadis itu tergila-gila padanya, tampilannya necis dengan kemeja yang selalu masuk kedalam gesper, rambutnya selalu licin, septu hitam yang sama licinya dengan rambut cepaknya.
Wajah Suranto nampak megap-megap, seperti ikan mas yang baru saja kena kail. Berkali-kali Suranto menepuk punggung Aylin, berusaha memberi tahu kalau dia dalam kondisi sesak nafas karena pelukan mesra dan menggemaskan dari Aylin, Suranto merasa tidak enak apa bila mengatakan secara langsung situasinya, dia kuatir Aylin tersinggung.
Aylin tidak melepas dekapan manjanya, malah semakin erat dekapan itu. Suranto mengelepar di dalam dekapan hangat yang mematikan itu. "Mas suka kan aku peluk?"
"Iya, iya, iya, Ay!" Suara Suranto serak. Setelah beberapa detik menggelinjang dalam dekapan Aylin, Suranto tiba-tiba menjadi lemas.
"Sayang... Mas... Mas Suranto!" Aylin memanggil Suranto dengan menggoyang- goyangkan tubuhnya setelah melepas pelukan maut itu.
"Mas... Mas..." Suranto tidak ada rekasi apa pun ketika Aylin memanggil namanya sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Tolong... Mas, sini Mas... Tolongin pacar saya," teriak Aylin pada para pengunjuk Kafe Leset.
Suranto segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, untung nyawanya masih dapat diselamatkan meskipun kondisi tulang rusuknya retak.
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H