Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Iya, Iya, Iya, Ay!

9 Juli 2024   09:09 Diperbarui: 9 Juli 2024   09:17 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar oleh Macrolarik dari pexel.com

Sekuat tenaga Suranto menahan godaan syahwat yang menjalar perlahan dari ujung jempol kakinya sampai ubun-ubun, karena Aylin yang bertubuh gempal itu terlihat sangat seksi sekali dimana Suranto. Jakun Suranto naik turun dibuatnya.

Jantung Suranto berdegup sangat kencang, keringatnya dikeningnya menyembul sebesar biji jagung, wajahnya agak pucat dan juga tegang, nampaknya dia sedang menahan dan menyembunyikan sesuatu, dia juga terlihat takut, mungkin sesuatu yang disembunyiaknnya itu bisa meledak.

Aylin menyandarkan kepalanya di dada Suranto sambil memainkan kancing bajunya, "Mas cintakan sama aku?"

"Iya..." Suranto mengangguk lagi, kali ini anggukannya terbata-bata.

"Ih... aku gemes deh sama kamu, Mas!" Aylina menyergap Suranto dengan gemas. Aylina lupa tubuh Suranto yang kurus kering cungkring itu tidak setimpal dengan tubuhnya yang gempal bagai karung beras lima puluh kilo, Aylina mendekap Suranto erat, sangat erat karena gemas.

Suranto memang menggemaskan, mantan-mantannya di kampung Empang Bleduk pun mengakui pesona Suranto yang membuat gadis-gadis itu tergila-gila padanya, tampilannya necis dengan kemeja yang selalu masuk kedalam gesper, rambutnya selalu licin, septu hitam yang sama licinya dengan rambut cepaknya.

Wajah Suranto nampak megap-megap, seperti ikan mas yang baru saja kena kail. Berkali-kali Suranto menepuk punggung Aylin, berusaha memberi tahu kalau dia dalam kondisi sesak nafas karena pelukan mesra dan menggemaskan dari Aylin, Suranto merasa tidak enak apa bila mengatakan secara langsung situasinya, dia kuatir Aylin tersinggung.

Aylin tidak melepas dekapan manjanya, malah semakin erat dekapan itu. Suranto mengelepar di dalam dekapan hangat yang mematikan itu. "Mas suka kan aku peluk?"

"Iya, iya, iya, Ay!" Suara Suranto serak. Setelah beberapa detik menggelinjang dalam dekapan Aylin, Suranto tiba-tiba menjadi lemas.

"Sayang... Mas... Mas Suranto!" Aylin memanggil Suranto dengan menggoyang- goyangkan tubuhnya setelah melepas pelukan maut itu.

"Mas... Mas..." Suranto tidak ada rekasi apa pun ketika Aylin memanggil namanya sambil menepuk-nepuk pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun