Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Iya, Iya, Iya, Ay!

9 Juli 2024   09:09 Diperbarui: 9 Juli 2024   09:17 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun setengah dari jumlah gadis di Empang Bleduk pernah mendapatkan stempel dari Suranto, dia tidak pernah berhasil lulus dalam kategori Playboy cap Eceng Gondok, karena kebanyakan gadis-gadis itu lah yang membuat Suranto menderita, dengan semua drama Koreanya.

Suranto bingung bukan kepalang, gadis manis dengan ceruk di kedua pipinya itu menyukainya? Aylin si gadis Tionghoa itu dengan jujur mengungkapkan perasaannya sambil melelehkan air matanya karena Suranto akan pergi ke Jakarta.

Aylin bekerja di toko kelontong milik Koh Alay sebagai kasir, sementara Suranto bekerja sebagai pelayan toko, kadang-kadang dia juga menjadi kurir yang mengantarkan barang-barang sesuai pesanan langganan. Karena Suranto dan Aylin bekerja di kantor yang sama, toko kelontong Berkah Abadi tentu saja membuat mereka sering bercengkrama.

Aylin jauh lebih muda dari Suranto, sepuluh tahun selisih usia mereka. Menurut Suranto Aylin gadis manja, tukang ngambek, angin-anginan, kadang seneng kadang nangis, tapi Suranto tetap setia mendengarkan kisah perjalan Aylin sebelum sampai di toko kelontong milik Koh Alay.

Di mata Suranto, Aylin gadis yang kuat, mandiri dan hebat. Suranto tidak dapat memungkiri hal itu. Sebaliknya di mata Aylin, Suranto sosok laki-laki yang dewasa, maklum saja, Aylin anak satu-satunya di keluarganya yang telah lama pergi meninggalkannya. Aylin sebatang kara ketika beranjak dari Semarang ke kampung Empang Bleduk.

"Aku sayang kamu, Mas Suranto..." ucap Aylin manja.

"Iya..." Suranto tidak berani menatap Aylin. Dia hanya menganggukkan kepala.

Sore itu setelah toko tutup mereka berdua pergi ke sebuah tempat. Suranto yang mengajak Aylin ke tempat itu, kata teman-teman Suranto tempat nongkrongnya anak muda kalau pacaran, namanya Kafe Leset, tempatnya tidak jauh dari toko kelontong milik Koh Alay.

"Kok cuma iya?" protes Aylin.

"Iya, aku juga sayang kamu," ucap Suranto segera.

"Gitu dong." Aylin langsung bergelayut manja di lengan Suranto. Senyum Aylin yang manis membuat Suranto mematung, dia tidak berani menatap Aylin yang semakin terlihat cantik di mata Suranto, hanya sesekali saja dia mencuri pandangan, lalu ia buang jauh-jauh tatapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun