Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Izinkan Aku Mencintai Tuhan Sebelum Kamu

8 Juli 2024   12:25 Diperbarui: 8 Juli 2024   12:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan hidup merupakan serangkaian pilihan yang membentuk karakter manusia yang seutuhnya. Dalam mencari makna yang lebih dalam, para pencari cinta itu menemukan bahwa mencintai Tuhan menjadi langkah pertama yang utama sebelum mereka bisa benar-benar mencintai makhluknya.

DI setiap hela nafas dan langkah yang kuambil, ada dorongan kuat untuk mendekat kepada-Nya. Aku pernah berkubang dengan dosa ketika cinta singgah mengikat jiwa, aku terbelenggu rantai maksiat berbalut gemerlapnya kasih sayang, iblis mengepal hatiku menghalangi cahaya ilahi.

Dia, laki-laki yang aku cinta dengan segenap jiwa lantas pergi setelah melancarkan hastratnya, seketika aku mulai memahami bahwa cinta kepada Tuhan adalah fondasi dari segala cinta yang ada, bersama-Nya hatiku menjadi lebih tenang, aku dapat berfikir dengan jernih, hilang semua gelisah.

Hingga saat itu tiba, kamu yang tidak pernah ada di dalam hatiku perlahan-lahan meneteskan embun yang sejuk ke dalam hatiku yang telah membatu. Aku tidak pernah menyadari betapa teduhnya tatapanmu, betapa tentramnya sudut pandangmu dan betapa hangatnya sapamu.

Pertemuan pertama kita terjadi pada masa-masa ketika aku masih dalam masa pencarian diri. Kamu, dengan segala pesonamu, datang bagai angin segar yang menyapu segala kekhawatiran. Ternyata, benih cinta hadir menyelimuti jiwa, apakah aku menyadarinya? Tidak. Hingga akhirnya kamu pergi.

Aku menangisi punggungmu yang menjauh dariku, bahkan aku tidak mengerti mengapa air mata ini membanjiri pipi, bukankah kamu sama seperti laki-laki yang akan pergi setelah puas dengan hastratmu? Tidak, kamu bukan laki-laki itu. Kamu urungkan langkahmu untuk pergi lantas singgah di hatiku, kamu, dengan pesonamu memintaku untuk bisa mencintai diriku sepenuh hati, aku harus memastikan hatiku sudah sepenuhnya mencintai penciptaku yang menyayangimu.

Di saat orang lain sibuk mengejar cinta duniawi, bersamamu, aku menemukan cinta kepada Tuhan, cinta yang paling murni, fondasi di dalam hati yang tidak tergoyahkan. Melalui lantunan doa yang aku langitkan, hatiku belajar untuk mencintai Tuhan yang dapat memberikan kekuatan untuk mencintaimu dengan tulus, tanpa pamrih.

Kisah kita bukanlah perkara cinta pada pandangan pertama, melainkan sebuah perjalanan menemukan jati diri bersama cinta Ilahi. Tiap kali kita berbicara, aku merasakan kehadiran Tuhan di antara kita, tuturmu semakin memperkuat ikatan yang ada. Kamu mengerti perjuanganku, lalu bersama-sama kita belajar mencintai Tuhan lebih dalam sebelum akhirnya mencintai satu sama lain dengan penuh keikhlasan.

Seiring berjalannya waktu, pencarianku akan cinta Ilahi semakin dalam. Aku mulai memahami cara mencintai Tuhan dengan berserah diri, menerima segala ketentuan-Nya, lalu menjalani hidup dengan penuh rasa syukur. Di setiap sujudku, aku merasakan kedamaian yang luar biasa yang membuatku semakin yakin bahwa aku berada di jalur yang benar.

Kamu hadir di hidupku pada saat yang tepat. Ketika aku tengah terseok-seok dalam memperkuat hubunganku dengan Tuhan, kehadiranmu menjadi ujian sekaligus anugerah. Kita sering berdiskusi tentang makna hidup, tentang tujuan kita di dunia ini, serta konsep bagaimana aku dan kamu bisa menjadi manusia yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun