Akhirnya, setelah malam yang panjang yang penuh dengan pergulatan batin yang tersiksa, Takeshi membuat keputusan yang mengubah hidup Takeshi selamanya. Dia memutuskan untuk pergi berperang, mengharumkan nama Jepang. Dia siap menghadapi konsekuensi apa pun yang akan datang, meskipun dia tidak mampu meninggalkan Emiko.
Ketika fajar menyingsing, Takeshi menulis surat kesediaan dirinya menjadi tentara di garis terdepan membela tanah air yang dicintainya. Dia tahu bahwa dia mungkin saja kehilangan nyawanya, tetapi bagi Takeshi, melindungi putrinya jauh lebih penting daripada apa pun yang ada di dunia ini.
"Negara ini membutuhkan Ayah, Nak!" Takeshi berteriak dalam hatinya, untuk menutupi kesedihan yang membungkus hatinya.
***
Dengan tangan yang gemetar, Takeshi membuka surat yang dikirimkan kepadanya, kata-kata di dalamnya terasa seperti pukulan yang menghancurkan hatinya. "Hiroshima telah hancur," begitu bunyi surat itu. "Kekuatan baru yang mengerikan telah dilepaskan."
Jepang mengalami kekalahan, Takeshi berangkat ke Hiroshima, hatinya dipenuhi dengan ketakutan, dia kehilangan harapan. Setibanya di Hirosima, Takeshi berjalan melalui reruntuhan kota, memanggil nama Emiko, berharap dalam kepanikan mendengar suaranya yang lucu memanggil balik. Namun, yang ada hanyalah keheningan serta pemandangan yang menyayat hati.
Setiap puing yang dia angkat, setiap seruan yang dia lontarkan, dia teriakkan semakin memperdalam rasa sakit dan keputusasaan yang dia rasakan. "Emiko!" teriaknya, suaranya hampir hilang di antara reruntuhan.
Takeshi mencari hari demi hari, tetapi tidak ada tanda-tanda Emiko. Kenyataan yang pahit mulai tenggelam, menyelusup ke dalam jiwanya; putrinya, cahaya dalam hidupnya, telah hilang selamanya bersama istri yang sangat dicintainya. Di bawah pohon sakura yang hancur, dia jatuh berlutut, menangis atas sebuah kata kehilangan yang tak terungkapkan.
"Maafkan aku, Emiko," bisiknya. "Ayah seharusnya ada di sini untukmu."
Di tengah deraian air mata kesedihannya, Takeshi melihat kelopak sakura yang berguguran, dan dalam sebuah momen yang singkat itu, dia merasakan kehadiran Emiko. Nampak di kelopak mata Takeshi, putrinya berbicara kepadanya melalui bunga-bunga itu, menghiburnya, memberitahunya bahwa cinta Eriko pada Takeshi tidak akan pernah hilang, bahkan dengan kekuatan apa pun yang ada di dunia ini.
***