Mulai hari itu, Wendi sudah berkemeja rapi dengan setelah celana bahan serta sepatu kulit, rambutnya pun dipotong tipis, "Cocok lo jadi guru..." canda Ranto ketika mereka sedang bersiap-siap untuk keluar dari rumah kontrakan, dan bersiap untuk mengais rejeki.
Waktu begitu cepat berlalu, setahun sudah Wendi benar-benar menikmati perjalan hidupnya sebagai guru Matematika di sekolah itu, Wendi benar-benar menikmati setiap kegiatan, proses serta aktifitas-aktifitas yang membuatnya benar-benar nyaman bekerja sebagai guru.
Namun, ada satu hal yang mengganjal, Wendi kerap menjumpai bayangan-bayangan hitam ketika sedang mengajar di kelas, terakhir yang dilihat Wendi seorang perempuan dengan wajah bolong-bolong tersenyum padanya di ujung lorong lantai empat, saat itu Wendi hendak pergi ke toilet, perempuan itu sering hadir belakangan ini.
Kemarin, Wendi terpaksa pulang agak sore, karena harus membuat administrasi pembelajaran yang banyaknya melebihi disertasi, ketika sedang asik bekerja di depan layar komputer, tiba-tiba perempuan itu menampakkan wajah pucat dan bolong-bolongnya dari balik layar, sontak Wendi terkejut.
Perempuan itu nampak seperti ingin mengatakan sesuatu, dia ingin bercerita, Wendi mengetahui hal itu karena sorot mata perempuan tidak menyeramkan, hanya wajahnya saja yang hancur, rusak dan bolong-bolong, sorot mata perempuan nampak sedih. Wendi memberanikan dirinya bertanya, "Kamu siapa?"
"Tolong..." suara perempuan itu seperti berbisik.
"Saya enggak bisa nolongin," Wendi berusaha menolak, "cari yang lain saja, saya bukan orang yang bisa bantuin kamu!"
Wendi langsung kerasukan setelah mengatakan kalimat itu, sebenarnya perempuan itu hanya ingin menceritakan sesuatu pada Wendi, sayangnya hanya dengan cara merasuki Wendi perempuan itu dapat berkomunikasi.
Perempuan itu bernama Azizah, dia seorang ibu dari satu orang anak, dia menjadi korban tumbal dari sebuah sekte, dia tidak terima nyawanya dibuat persembahan untuk sekte sesat itu. Azizah ingin membalas dendam pada orang yang menumbalkan nyawanya.
Azizah ternyata juga seorang guru di sekolah itu, dia meninggal setahun yang lalu, itu sebabnya Wendi ada di sekolah itu, karena menggantikan Azizah, nyawanya diambil oleh orang yang tidak memiliki moral, orang itu ingin usahanya terus bertengger di tengah gempuran harga dan kualitas.
Tiba-tiba Wendi sulit bernafas, dia nampak tersengal-sengal, wajahnya seketika rusak, lalu berlubang.