***
"Yo Gees... balik lagi bersama gue, Ksatria Petir..." sapa Rizky di layar kamera yang biasa dilakukannya setiap memulai acara untuk saluran YouTube-nya, "malem ini, gue sama Bowo mau ngecek sebuah rumah yang terletak di daerah Glodok, Jakarta Barat, Gees..." ucap Rizky sambil memunculkan wajah Bowo di depan layar kamera.
Rizky, pemilik saluran YouTube dengan tema misteri itu ingin membuktikan bahwa hantu itu hanyalah ilusi belaka, sering sekali Rizky bersama timnya mengunjungi tempat-tempat yang dianggap angker, menyeramkan, nyatanya sampai sejauh ini mereka memang belum pernah menemukan hantu yang benar-benar muncul dan menunjukkan wajahnya dihadapan mereka.
Mereka mendapatkan tantangan dari seseorang yang menuliskan alamat di kolom komentar saluran YouTube milik Rizky, sebuah rumah yang tidak pernah berubah bentuknya sejak tahun 1942, pemerintah daerah saja tidak berani mengambil alih tanah dan bangunannya, meskipun pemiliknya sudah tidak ada.
Rumah bergaya oriental yang pernah berdiri megah di zamannya, dengan atap melengkung tajam yang menyerupai tanduk naga, dengan dinding kayu yang diukir dengan rumit, menceritakan kisah-kisah kuno. Pintu merah besar terbuat dari kayu tebal, berderit saat terbuka, seperti mengeluh atas rahasia kelam yang disembunyikannya. Lorong-lorong sempit di dalamnya dipenuhi bayang-bayang, membawa bisikan masa lalu yang tak pernah padam.
Rumah itu kini terlihat seperti hantu dari masa lalu, terabaikan dan dilupakan. Dindingnya yang dulu megah kini pudar dan retak, terendam oleh lumut dan tanaman liar. Pintu-pintunya yang dahulu gagah kini teronggok, tergerus oleh waktu. Di dalamnya, debu dan lembab, menyelimuti setiap sudut dengan kesunyian yang mencekam, sepertinya roh-roh dari masa lalu masih berdiam di dalamnya, menunggu untuk menceritakan kisah-kisah terlarang yang terkubur bersama waktu.
Rizky dan Bowo disambut oleh aroma dupa ketika menginjakkan kakinya di lantai kayu rumah itu. Shen tai, meja untuk sembahyang yang menyambut mereka ketika membuka pintu itu terlihat baru, hanya benda itu satu-satunya yang tidak termakan waktu, sepertinya ada yang mengganti persembahannya setiap hari, dupanya saja masih panjang.
"Woi, jangan maenin senter," teriak Rizky, Rizky marah karena mereka hanya punya satu penerangan yang terpasang di atas kamera, senter itu mati secara mendadak, Rizky tahu, Bowo tidak mungkin melakukan itu, pasti ulah hantu-hantu di rumah tua ini, pikir Rizky, "gue tadi liat ada yang jalan ke arah kita," bisik Rizky pada Bowo yang berdiri tepat di belakangya.
"Hape-hape, pake senter dari hape aja, Ki," balas Bowo panik, karena biasanya mereka mendatangi tempat-tempat angker bersama tim yang berjumlah 5 orang, kali ini mereka hanya berdua. "Buruan Ki, gelap nih..."
Dalam kegelapan, bau dupa yang kental menyergap hidung Rizky dan Bowo secara tiba-tiba, tetapi kali ini, aroma itu terasa sangat busuk, Rizky merogoh saku celananya untuk mencari ponsel, dia segera menyalakan senter. "HAAAAAAA..." teriak mereka berdua, karena melihat sosok dengan wajah terkulai lelah, kulitnya membusuk, matanya terbeliak keluar, menatapan penuh dengan kebencian yang tak berujung. Rambutnya kusut, berlumut, bergerak seperti tangan-tangan dari bayangan yang siap merengkuh nyawa yang tak berdosa. Tubuhnya melingkar seperti angin yang menusuk tulang, mengirim gelombang ketakutan ke dalam jiwa mereka berdua.
"Wen," suara serak, serta dalam memanggil seseorang, suara berat itu terdengar sangat memilukan, "Kau belum menyelesaikan janji kita."