Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenapa?

13 Juni 2024   17:57 Diperbarui: 13 Juni 2024   18:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar oleh Ruvim dari pexel.com

"Ya, udah sini..." Sepotong roti itu kini sudah berpindah tangan. Lita hanya menatap kakaknya yang sedang sibuk mengunyah roti tanpa ampun, jauh di dalam pikiran Lita, dia mempertanyakan sesuatu yang seharusnya tidak pertanyakan oleh anak seusianya, mengapa Tuhan membiarkan hidupnya miskin?

"Tunggu di sini aja, Lita!" kata Andri setelah beberapa ratus meter berjalan dari sekolah sambil menikmati sepotong roti. "Nanti kalau ada mobil bak, kamu naik duluan, kakak dorong dari bawah. Ingat langsung lompat ke dalem baknya."

"Iya..." Lita hanya diam, dia ingat beberapa hari yang lalu, dia hampir terjatuh, karena tidak langsung menjatuhkan badannya ke dalam bak mobil yang penuh dengan sisa-sisa sayuran, tanah dan cacing. Mobil bak terbuka sering melintas di jalan ini, biasanya mobil-mobil itu pulang dari pasar setelah mengangkut sayur.

"Lita... Ayo, siap-siap!"

"BRAAKK..."

Mereka berdua berhasil masuk ke dalam mobil bak terbuka itu setelah menyetop dan menanyakan arah mobil itu, untungnya supir-supir mobil bak terbuka yang sering mereka tumpangi ketika mereka tidak punya uang selalu memberikan layanan antar gratis dan hampir kebanyakan dari mereka sangat ramah, hanya beberapa saja dari mereka yang marah tapi tetap saja mengangkut mereka berdua.


Hidup Andri dan Lita begitu terus hingga SMA.

***

"Kamu aja nanti yang kuliah, Lita..." ucap Andri, wajahnya murung. "Kakak kerja di pasar aja, nanti kalau ada uangnya baru kakak kuliah."

"Kenapa enggak ambil beasiswa, Kak?" tanya Lita, dia tahu otak kakaknya sangat encer tapi Andri orang yang tidak sabaran dan gampang bosan.

Andri tidak menjawab pertanyaan Lita, mengambil beasiswa sama saja seperti budak, begitulah pikirnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun