Alih-alih kesal Badrun malah ternganga, dia benar-benar tidak mengerti, mengapa manusia-manusia itu selalu saja membandingkan ibadah yang telah mereka lakukan dengan surga?
Rasanya manusia-manusia itu lupa, bahwa ibadah kalian itu tidak akan pernah menjadi jaminan, atau tiket menuju surga, lihat saja, Wati tetangga di kontrakan Badrun, mengambilkan air minum ketika suaminya pulang saja tidak pernah, suaminya pulang salah, tidak pulang semakin salah.
Badrun berfikir ingin mengejar Cecep dan menjelaskan sebuah contoh Wati, Cecep pun tahu betul masalah di keluarga itu, tapi, Badrun mengurungkan niatnya, karena melintas satu nama di kepalanya, Rida.
"Tunggu..." teriak Badrun, "Cep, kamu masih ingat Kokom?"Â
Mendengar nama itu membuat langkah Cecep terhenti, dia berbalik arah, wajahnya seketika berubah, langkahnya terlihat berat, tangannya dikepal, "Jangan pernah kau sebut nama perempuan itu!"
"Tenang Cep, tenang..." Badrun merangkul Cecep, Badrun tau cara menenangkan Cecep, karena mereka berdua sudah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar, hingga saat ini, mereka menjadi pemulung di Jakarta, semua masalah mereka atasi bersama, termasuk masalah yang bersangkutan dengan nama Kokom
Kokom, dulunya istri Cecep, tapi, semenjak pindah ke Jakarta, Kokom berubah, padahal dahulu waktu masih di kampung, Kokom istri yang baik, penurut dan selalu menjaga hatinya, sejak awal Badrun selalu bilang pada Cecep, Kokom tidak usah dibawa ke Jakarta, tapi, Cecep bersikeras, dia merasa jauh dari istri sangat menyiksa batinnya.
Setahun di Jakarta, Kokom tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan, beranjak di tahun ketiga, Kokom sering pulang malam, sebenarnya, bukan salah Kokom, Cecep menyuruh Kokom ikut mencari uang, tujuannya agar Kokom tidak bosan, karena hanya diam saja di rumah, Kokom bekerja di sebuah toko ponsel, karena wajahnya ayu, tubuhnya pun molek, maklum, belum turun mesin, Kokom langsung ditawari menjadi SPG, dia pun menggangguk.
Awal-awal, Cecep senang melihat perubahan pada istrinya, Kokom itu seperti batu permata yang belum dipoles, kecantikannya tersembunyi, semenjak menjadi SPG di toko handphone, Kokom semakin bersinar, api cemburu membara di hati Cecep.
Sayang, nasi sudah menjadi bubur, Kokom pergi meninggalkan Cecep, hati Cecep benar-benar hancur, untung saja ada Badrun yang selalu berusaha menenangkan Cecep.
***