"Pergi..."
"Kenapa?"
"Lebih baik, aku bernafas bersama dengan koloniku saja, sesama Semut Merah," teriak Semut Merah dari kejauhan, ia terus saja melangkah tanpa menoleh, meskipun para kecoa-kecoa yang dipelihara oleh Raja menangis melepas kepergiannya.
Sebelum pergi Semut Merah membuat sebuah prasasti di tengah kerjaan Tempurung.
Prasati itu bertuliskan :
Melangkahlah pergi, dengan hati yang berani menantang angin, menjelajahi lorong-lorong waktu yang tersembunyi di balik tirai kehidupan. Di setiap langkah yang diambil, biarkan langit menjadi saksi akan perjalanan yang tak terhingga, di mana cahaya matahari memeluk bayang-bayangmu dengan lembut, menyemangati langkahmu menuju horison yang mengundang dengan misteri.
Dalam pergi, biarkan alam menjadi sahabatmu yang setia, menyapa dengan desiran daun dan nyanyian burung yang merdu. Biarkan aroma bunga-bunga liar menuntunmu melintasi jalan-jalan yang jarang dijamah, sambil meresapi keindahan yang terlukis dalam setiap nuansa warna.
Pergilah dengan keyakinan bahwa di ujung perjalanan itu, terbentang kehidupan yang menunggumu dengan pelukan hangatnya. Dan ketika kau memandang ke belakang, kau akan tersenyum melihat jejak yang kau tinggalkan, sebagai bukti bahwa setiap langkahmu memiliki makna yang dalam dalam perjalanan menuju takdir yang telah ditetapkan.
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H