Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kerajaan Tempurung

3 Mei 2024   11:11 Diperbarui: 3 Mei 2024   11:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar oleh Olex dari pexel.com

Sungono Aryo Widodo, dia terlalu lama terkurung dalam tempurung, sejak tubuhnya masih hijau hingga kini sudah menguning dan hampir layu, namun, karena merasa lebih nyaman hidup di bawah tempurung, membuat nasib Aryo kini menjadi tangan kanan dari kerajaan tempurung itu, berdiskusi dengannya, memang agak sedikit menggelikan, mungkin dia terlalu lama menghirup udara yang beracun selama tinggal di bawah tempurung hingga membuat cara berfikirnya karatan, tindakkannya pun mirip seperti besi rongsokkan, ucapannya seperti aki soak, biar pun begitu, dia itu tangan kanan kerajaan tempurung yang sangat menyayanginya.

Sungono Aryo Widodo itu punya banyak sekali dayang-dayang yang setia mengipas-ngipasinya, tidak perlu dia bersusah payah berdiskusi, berfikir, cukup kirim saja dayang-dayang setianya, jutaan kalimat akan meluncur deras dari mulut para pengikut setianya itu. Sungono Aryo Widodo hanya duduk mendengarkan dengan seksama, lalu ambil keputusan, yang paling menggelikan adalah ketika dia beralibi, dia melanjutkan jutaan kalimat yang terjun bebas di kepalanya itu kepada raja tempurung, atas dalih dia yang mencari tahu.

"Maafkan hamba Paduka Tempurung, Semut merah tidak mau menjadi pembantu Raja," ucap Aryo.  Raja sedang kebingungan, karena ketika itu yang menjadi pembantu Raja adalah Ketonggeng, dia cerdas, cekatan, sayangnya biar pun pembantu Raja, dia tetaplah Ketonggeng, makanannya tetap Kecoa, padahal, Kecoa-Kecoa di kerajaan Tempurung itu di pelihara dengan baik oleh Raja, alhasil, Ketonggeng di usir oleh Raja, saat ini, kerajaan membutuhkan posisi itu segera terisi kembali.

"Mengapa dia tidak mau?" Raja bingung, kenapa Semut Merah menolak, padahal dia cerdas, cekatan, cara berfikirnya pun dalam dan tajam, dia pandai bergaul dengan semua biota yang hidup di bawah tempurung itu, dengan Kecoa, Nyamuk, Tikus, Kelabang, Laba-laba bahkan katak yang hidupnya sudah terlalu lama di dalam tempurung.

"Saya sudah menanyakan hal ini, Paduka... Semut Merah sibuk saat ini, dia sedang bertukar pengetahuan dengan makhluk di luar kerjaan Tempurung." Aryo berusaha membuat Raja yakin, padahal kenyataannya, Aryo tidak pernah menanyakan kesediaan Semut Merah untuk menjadi pembantu Raja, dia hanya mendapatkan muntahan kalimat dari salah seorang dayang-dayang pengikut setia Sungono Aryo Widodo.

Memang menggelikan kerajaan Tempurung ini, terlebih Sungono Aryo Widodo, bicara dengan Semut Merah saja tidak, tapi, dia langsung mengambil analisa dari hasil ocehan dayang-dayang kepercayaannya, dia juga langsung mengambil keputusan, padahal, satu hari sebelum dayang-dayang kepercayaan Sungono Aryo Widodo itu muncul di hadapan Semut Merah, Raja sudah menawarkan jabatan pembantu Raja padanya, Semut Merah tidak pernah menolak kesempatan, dengan tegas dia siap mengemban tugas berat itu.

Keesokan harinya, muncullah dayang-dayang pengikut setia Sungono Aryo Widodo, menanyakan hal serupa pada Semut Merah, tentu saja marah Semut Merah dibuatnya, dia merasa terhina, karena yang menanyakan kesediaannya untuk menjabat bukanlah Raja, atau seharusnya Sungono Aryo Widodo itu sendiri yang datang, tapi malah dayang-dayang yang datang, siapa dia? Hanya seorang pengipas, yang sering menghembuskan angin-angin kata keseluruh penghuni kerajaan! dengan kipasan itu, kau tiup pula ke telinga Raja, memang sangat profesional sekali pekerjaan kau, seharusnya kau dapat penghargaan dari Raja karena kau bekerja dengan sangat sungguh-sungguh.

"Aku menolak tawaran itu!" Dengan tegas Semut Merah mengucapkannya.

***

"Hei... Semut Merah, hendak kemana kau?" tanya Sungono Aryo Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun