“Abang buru-buru, Dek.” Aku setengah berlari menuju pintu depan, aku sedang mengejar KRL komuter line yang akan mengantarku menuju tempatku mencari nafkah di Jakarta Pusat. Aku bekerja di sebuah media yang terbit mingguan.
“Hati-hati di jalan,” teriak istriku. Aku tidak membalas kalimat itu, aku sedang mengejar waktu agar dapat mengejar jadwal keberangkatan KRL yang tepat pukul 06:10, KRL pada saat jadwal itu agak lengang, apa lagi hari ini senin, semua orang akan berangkat lebih pagi dari hari biasanya.
***
Akhirnya aku tiba di stasiun tepat pada waktunya, tak lama menunggu KRL yang akan mengantarkanku ke kantor tiba, penumpang KRL hari cukup padat, terpaksa aku harus berjuang bersama penumpang lainnya agar dapak masuk kedalam KRL yang sudah sesak.
Karena aku membawa laptop, aku tidak ingin laptopku rusak karena terhimpit oleh lautan manusia yang berjubel di dalam rangkaian gerbong KRL, terpaksa harus kulepas lalu kuletakkan di rak yang berbaris panjang di atas tempat duduk penumpang di dalam rangkaian gerbong yang padat penumpang itu.
Aku berdiri persis di depan tas laptopku, sambil menunggu dengan sabar rangkaian KRL komuter line ini mengantarku dengan selamat. Karena semalamaman aku kurang tidur, meskipun aku berdiri rasa kantuk di mataku tidak dapat kutahan, kupejamkan saja mataku sebentar, pikirku, aku tidak akan jatuh di antara lautan manusia yang berdesakkan di dalam gerbong ini, kumasukkan pergelangan tanganku kedalam lubang pegangan tangan yang tergantung, Dalam sekejap, aku terhanyut dalam irama kehidupan yang berlalu dengan gemuruh, bersamaan dengan hentakan langkah dan bisikan percakapan di dalam buaian rangkaian KRL yang penuh dengan manusia.
***
Aku mendengar informasi yang mengatakan rangkaian yang kutumpangi hampir tiba di stasiun tujuan, karena aku harus berpindah rangkaian, kutegakkan kepalaku bola mataku mencari tas laptop yang kuletakkan tepat di hadapanku. “Tas gue ilang, tas gue ilang,” teriakku panik, aku benar-benar panik, karena pagi ini aku harus presentasikan tulisanku sebelum naik cetak.
“Kenapa bang?” tanya penumpang lainnya.
“Tas saya di atas ini ilang,” balasku.
Tak lama seorang petugas keamanan datang menghampiriku. “Ada apa pak?” tanyanya, semua mata tertuju padaku di dalam gerbong itu.