Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ungku Ditangkap Nipon

24 November 2023   08:08 Diperbarui: 24 November 2023   08:28 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia meninggalkan beberapa butir kelapa di atas meja untuk mengelabui tentara Nipon yang sedang bertugas di pasar, ketika tentara Nipon itu lengah ia segera beranjak menuju rumah Samsul.

Ia berjalan cepet-cepat, jarak rumah Samsul dari pasar cukup jauh, ia harus tiba disana sebelum matahari benar-benar tenggelam

"Ungku dibawa Nipon," ucapnya segera ketika ia bertemu dengan Samsul yang sedang duduk bersantai setelah membelah beberapa kayu bakar untuk di jual di pasar besok pagi.

"Siapa yang beri kau kabar ini?"

"Dzuriah."

"Apa katanya?"

"Ungku bicara teratai dan padi," Aku terdiam sejenak mengamatai Samsul, "Bunga teratai yang indah hanya tumbuh di rawa dengan air yang bersih, padi yang subur hanya tumbuh di sawah dengan air yang jernih, begitu menurut Dzuriah."

Ia termenung, tatapannya panjang, Samsul lebih cerdas dari Basri, dahulu mereka sama mengaji dengan ungku, ia murid kesayangannya.

"Kau magrib saja di surau bersamaku, lepas Isya kita akan cari tau dimana ungku," ucap Samsul sambil menghisap rokok kretek yang berbungkus kulit jagung itu.

"Mengapa kau terlihat sangat tenang, Samsul?" tanya Basri yang sejak awal mendapatkan kabar ini sangat gelisah.

"Basri, kau tau cara berfikir?" Mendengar Samsul berkata seperti itu Basri diam, ia hanya mengekorinya saja, mulai dari perjalannya menuju surau menapaki jalanan berlumut hingga mereka tiba, Basri tidak berkata sepatah kata pun, setibanya di surau ia berdua pun tetap diam, Basri tidak ingin membuat Samsul kehilangan pemikirannya, Samsul memang pemikir, ia juga pendiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun