Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Isnin di Tanah Jawa

21 November 2023   08:08 Diperbarui: 21 November 2023   08:20 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar oleh Oscar Portan

Di tanah Jawa itu lah pusatnya, mereka saling berjumpa, menyapa lalu mereka lupa. Ada yang lupa dengan anaknya, ada juga yang lupa dengan sanaknya, ada juga yang lupa dengan pasangan hidupnya, tapi ada yang lebih parah, kami tak mau itu terjadi, lupa dengan Tuhannya.

“Ilmu agama ambo, rasanya dah cukup untuk pergi merantau ke tanah Jawa, Ayah,” ucap Basri.

“Kami hanya indak mau melihat kau merana di tanah Jawa itu.”

“Mas Joko, suami uni Eti memberikan ambo pekerjaan di tanah Jawa, di sebuah surat kabar, ambo dimintanya untuk jadi penulis kolom opini.”

“Kami memang miskin, pantang bagi kami menggadaikan adat, apa lagi agama.”

“Petuah ayah selalu ambo pegang.”

“Besok pagi pergilah kau ke Kota Padang, setelah tiba langsung kau bertolak menuju pelabuhan Teluk Bayur, belilah tiket langsung ke Jawa, ini … ada sedikit untuk bekal kau di sana.”

***

KAU menatap ayahmu yang sudah tua renta dengan penuh haru, rasa bahagia terpancar dari bola mata kau yang berpendar seperti baru saja mendapat lotre.

Kau masih saja memilih Isnin, meskipun kau tidak menyukainya, kau pilih kemeja dengan dasi ketimbang kaus kutang dengan sarung. Asal kau tahu Isnin itu sangat di senangi oleh Sutan Imam, pengurus surau itu, wajahnya selalu berseri-seri bila mendengar kata Isnin, begitu pula Datuk Parpatih nan Sabatang, belum lagi tiba Isnin tapi dah tersenyum ketika lepas Isya.  

Sementara kau, jauh lagi Isnin tiba, raut kau seperti badai, hitam legam, berkecamuk antara petir dan awan-awan yang menggulung di antara hujan, semakin malam semakin kusam wajah kau, tambah lagi ayam berkokok, bersungut-sungut kau dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun