Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Hanya Akan Menikah dengan Gadis Indonesia Saja

23 Oktober 2023   08:08 Diperbarui: 23 Oktober 2023   08:31 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sudah tinggal di Prancis selama lima tahun, dan sangat menyukai pekerjaanku. Aku bisa membuat berbagai hidangan Prancis yang lezat serta elegan, dengan sentuhan bumbu Indonesia yang khas.

Aku mendapat kabar, dalam waktu dekat restoran tempat aku bekerja akan dikunjungi oleh seorang kritikus kuliner yang sangat terkenal di Prancis. Namanya Claire, dia adalah wanita yang cantik dan cerdas. Dia selalu menulis ulasan yang tajam dan juga jujur tentang hidangan dari restoran yang dia kunjungi. Aku merasa gugup sekaligus merasa tertantang untuk membuat hidangan terbaik untuknya.

Ketika hari itu tiba, aku melihat Claire masuk ke restoran dengan pakaian yang membalutnya dengan sangat anggun. Dia duduk di meja yang sudah disediakan untuknya, lalu memesan menu degustasi yang berisi tujuh hidangan. Adrenalinku memuncak, aku langsung bersemangat untuk memasak untuknya. Aku ingin menunjukkan keahlian serta kreativitasku sebagai chef.

Aku mulai dengan membuat sup ayam dengan rempah-rempah dari Indonesia, seperti jahe, kunyit, serai, juga daun jeruk. Aku berharap dia akan menyukai rasa hangat dengan sensasi segar dari sup yang akan menari-nari di lidahnya. Lalu, aku membuat salad sayuran dengan dressing yoghurt juga mint, yang memberikan kesan ringan sekaligus menyegarkan. Selanjutnya, aku membuat escargot dengan saus keju ditambah bawang putih, yang merupakan hidangan khas Prancis. Aku memanggang escargot dengan sempurna, sehingga teksturnya menjadi empuk juga gurih.

Untuk hidangan utama, aku membuat steak daging sapi dengan saus anggur merah dan jamur, yang disajikan dengan kentang goreng renyah. Aku memilih daging sapi berkualitas tinggi, lalu memasaknya sesuai dengan permintaan Claire. Aku juga membuat saus anggur merah dengan cara yang istimewa, yaitu dengan menambahkan sedikit kecap manis Indonesia. Aku berharap dia akan terkejut dengan rasa manis dan asam yang seimbang dari saus ini.

Untuk hidangan penutup, aku membuat crepe dengan isian pisang dan cokelat, yang disiram dengan saus karamel. Aku membuat crepe yang tipis serta lembut, lalu mengisiinya dengan pisang yang matang dengan cokelat leleh. Aku juga membuat saus karamel dengan gula merah dari Indonesia, yang memberikan rasa karamel yang lebih dalam dengan aroma yang khas.

Setelah semua hidangan selesai, aku menunggu dengan harap-harap cemas, aku tidak tahu seperti apa reaksi Claire, dari balik pintu aku melihatnya mencicipi setiap hidangan dengan ekspresi serius, ia fokus dengan hidangan di hadapannya, tidak banyak bicara dengan pelayan, hanya sesekali bertanya tentang bahan atau cara memasak hidangan. Aku tidak bisa membaca apa yang ada di pikirannya saat ia mencicipi hidangan itu.

***

Akhirnya, setelah dia selesai makan, dia meminta untuk bertemu denganku. Aku merasa deg-degan saat berjalan menuju mejanya. Aku berdiri di depannya dengan sopan. "Halo, Madame Claire. Saya Rizal, chef dari restoran ini. Apakah Anda menikmati makan malam Anda?"

Dia tersenyum kecil. "Bonjour, Monsieur Rizal. Saya sangat menikmati makan malam saya. Anda adalah seorang chef yang luar biasa. Saya sangat terkesan dengan hidangan-hidangan yang Anda sajikan malam ini."

Aku merasa lega dan senang mendengar pujiannya. Aku berkata, "Terima kasih banyak, Madame Claire. Saya sangat senang Anda menyukai hidangan-hidangan saya. Saya mencoba untuk membuat hidangan Prancis dengan sentuhan Indonesia, karena saya berasal dari sana."

Dia mengangguk. "Saya bisa merasakan perpaduan budaya dan cita rasa yang menarik dari hidangan Anda. Saya sangat suka bagaimana Anda menggunakan rempah-rempah dari Indonesia untuk memberikan rasa yang berbeda juga unik. Saya juga suka bagaimana Anda menggunakan kecap manis dengan gula merah untuk membuat saus yang lezat. Anda adalah seorang chef yang kreatif juga berbakat."

Aku merasa tersanjung dan malu mendengar pujiannya. "Terima kasih sekali lagi, Madame Claire. Saya sangat menghargai ulasan Anda. Saya harap Anda akan datang lagi ke restoran kami."

"Saya pasti akan datang lagi, Monsieur Rizal. Saya ingin mencoba hidangan-hidangan yang lain dari tangan Anda. Saya juga ingin mengenal Anda lebih dekat, jika Anda tidak keberatan," ucapnya sambil mengibaskan rambut disamping telinganya.

Aku merasa kaget sakaligus senang mendengarnya. Aku tidak menyangka bahwa dia tertarik padaku. "Tentu saja saya tidak keberatan, Madame Claire. Saya juga ingin mengenal Anda lebih dekat," ujarku gugup.

"Ini nomor telepon saya, Monsieur Rizal. Silakan hubungi saya kapan saja. Saya akan menunggu panggilan Anda." Ia memberikan kartu namanya.

Aku mengambil kertas itu, dan menyimpannya di saku bajuku. "Terima kasih banyak, Madame Claire. Saya akan menghubungi Anda secepatnya. Sampai jumpa lagi."

Dia bangkit dari kursinya, berjalan menuju pintu keluar. Dia melambaikan tangannya padaku. "Au revoir, Monsieur Rizal. A bientt."

Aku melambaikan tanganku balik. "Selamat tinggal, Madame Claire. Sampai bertemu lagi."

Aku menatapnya sampai dia hilang dari pandanganku. Aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam dadaku. Aku merasakan sesuatu yang hangat dengan sentuhan manis, seperti saus karamel yang aku buat untuknya.

Aku tersenyum sendiri, lalu berpikir, "Mungkin ini adalah awal dari sebuah cerita cinta antara aku dan dia. Sebuah cerita cinta yang penuh dengan perbedaan budaya, bahasa, juga cita rasa. Tapi juga penuh dengan kesamaan dalam cinta dan masakan."

***

Setelah pertemuan pertamaku di restoran, aku dan Claire mulai berkomunikasi melalui telepon. Perlahan-lahan kami saling bertukar cerita tentang kami, pekerjaan kami, hobi kami, serta hal-hal lain yang menarik bagi kami.

Aku dan Claire merasa bahwa aku memiliki banyak kesamaan, sama-sama suka masak dan makan, sama-sama suka seni dan musik, sama-sama suka wisata dan belajar budaya baru. Kami juga merasa bahwa kami saling tertarik secara fisik juga emosional. kami merasa bahwa kami telah menemukan pasangan yang sempurna.

Namun, kami juga memiliki banyak perbedaan. kami berasal dari negara yang berbeda, berbicara bahasa yang berbeda, memiliki latar belakang yang berbeda, dan memiliki selera yang berbeda. kami harus menghadapi berbagai hambatan yang menguji hubungan kami.

Salah satu hambatan yang kami hadapi adalah perbedaan bahasa. Meskipun aku bisa berbicara bahasa Prancis dengan lancar, aku masih sering salah mengucapkan atau salah memahami kata-kata atau ungkapan yang digunakan oleh Claire. Begitu juga sebaliknya, meskipun Claire bisa berbicara bahasa Inggris dengan baik, dia masih kesulitan untuk mengerti atau mengucapkan kata-kata atau ungkapan dalam bahasa Indonesia yang aku ajarkan.

Hal ini sering menyebabkan kesalahpahaman atau kebingungan di antara kami. Misalnya, ketika aku mengatakan bahwa aku sangat mencintai Claire, aku mengucapkan "Je t'aime beaucoup", yang berarti "Aku sangat mencintaimu" dalam bahasa Prancis. Namun, Claire salah mendengar kata "beaucoup" sebagai "beau cul", yang berarti "pantat yang bagus" dalam bahasa Prancis. Claire merasa tersinggung lalu marah, kemudian menamparku.

Atau ketika Claire ingin mengatakan bahwa dia sangat kagum denganku, dia mengucapkan "You are amazing", yang berarti "Kamu luar biasa" dalam bahasa Inggris. Namun, aku salah dengar kata "amazing" sebagai "amiseng", yang terdengar seperti menghinaku, karena wajahku memang seperti orang Tionghoa. aku kecewa lalu menjauhkan diri dari Claire.

Bukan hanya itu, ada hambatan lain yang kami hadapi, yaitu perbedaan cita rasa. Meskipun aku dan Claire sama-sama suka masak dan makan, kami memiliki selera yang berbeda, terhadap rasa masakan yang enak dan yang tidak. Aku lebih suka makanan yang pedas, manis, asam, atau gurih, sedangkan Claire lebih suka makanan yang ringan, segar, asin, atau asam.

Hal-hal seperti ini sering menyebabkan perdebatan juga perselisihan di antara kami. Misalnya, ketika aku membuat soto ayam untuk Claire, aku menambahkan banyak cabai rawit ke dalam kuahnya. Claire merasa bahwa kuahnya terlalu pedas, dan membuat lidahnya terbakar. Dia tidak bisa menikmati hidangan itu, Claire marah karena mulutnya terbakar.

Atau ketika Claire membuat quiche lorraine untukku, dia menggunakan keju parmesan yang tajam dengan ham yang asin. Aku merasa bahwa hidangan itu terlalu asin, yang membuat tenggorokanku kering. Dia tidak bisa menelan hidangan itu, hingga akhirnya aku harus meminum air kelapa bergelas-gelas untuk melembabkan tenggorokanku.

Permasalahan yang paling menyebalkan adalah perbedaan budaya. Meskipun aku dan Claire sama-sama menyukai seni dan musik, kami memiliki pandangan yang berbeda tentang genre. Aku lebih suka seni atau musik yang berwarna-warni, dinamis, serta ekspresif, sedangkan Claire lebih suka seni atau musik yang elegan, klasik, juga halus.

Hal ini sering menyebabkan ketidakcocokan serta ketidaksenangan di antara kami. Ketika aku mengajak Claire untuk menonton wayang kulit di sebuah teater kecil. Claire merasa bahwa pertunjukan itu terlalu panjang, berisik, juga sulit untuk dipahami. Dia tidak bisa mengikuti cerita serta karakternya, dan merasa bosan juga mengantuk.

Atau ketika Claire mengajakku untuk mendengarkan opera di sebuah gedung besar. Aku merasa pertunjukan itu terlalu pendek, sepi, sangat mudah ditebak. Aku tidak bisa merasakan emosi serta pesan moralnya, aku merasa jenuh juga kesal.

Setelah beberapa bulan mengenalnya, dengan segala perbedaan itu, aku mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupku. "Aku hanya akan menikah dengan gadis Indonesia saja."

-Tamat-

Iqbal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun