"Ibumu senang menulis, semua tentang kamu ia tulis dalam sebuah blog," ujarnya senang sekali.
"Ini semua tulisan ibu?" tanyaku.
"Iya ... kamu adalah inspirasi untuknya menulis, semua harapan-harapannya, semua yang ingin ia sampaikan ada di dalam tulisannya." Ayah menatapku bangga.
"Ibu ..." Air mataku kembali tumpah, ketika melihat sebuah foto diriku yang baru saja lahir, dengan tulisan 'Buah Hatiku, Buah Cintaku'Â di halaman blog miliknya.
"Ia ingin kamu meneruskan mimpinya," kata ayah sambil merangkulku, "Ia ingin kamu menulis, kamu memiliki bakat yang sama dengan ibumu, lanjutkan halaman blog ibu, buat ia tersenyum kepadamu."
"Pasti ... pasti ayah."
"Ayah ingin kamu terus menulis, seperti ibumu, kamu adalah penulis yang hebat, ayah yakin kamu dapat mewarisi bakat ibumu ... menulis di kompasiana."
Aku merasa senang dan bangga mendengar pujian ayahku. Aku merasa dekat dan terhubung dengan ibuku. Aku merasa beruntung dan bersyukur memiliki orang tua yang luar biasa. Aku merasa ini adalah hari ulang tahunku yang paling spesial dan berarti. Aku merasa ini adalah hadiah terbaik yang pernah kudapatkan.
-Tamat-
Iqbal Muchtar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H