Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Aku Hanya Anak Jalanan

13 Oktober 2023   08:08 Diperbarui: 13 Oktober 2023   08:17 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Jansel Ferma dari pexel.com

"Iya ... ini nenek sulastri." jawabku, aku mengenali wajah di foto itu, tidak banyak berubah meskipun keriput telah mengubah bentuk wajahnya.

Pria itu tersenyum, dan berkata, "Nak, Kamu tahu, nenek sudah lama mencari-cari cucunya yang hilang. Dia bersedih hampir setiap hari, ia sangat merindukan cucunya. Dia bilang dia ingin melihat cucunya sebelum dia mati."

Aku merasa sedih mendengar perkataan pria itu. Aku bertanya, "Cucunya yang hilang itu siapa, pak? Apa yang terjadi padanya?"

Pria itu menghela napas, dan berkata, "Cucunya yang hilang itu bernama Radit. Dia adalah anak dari kakakku yang sudah meninggal. Dia hilang ketika dia berumur tiga tahun, saat rumahnya terbakar. Kami tidak tahu apakah dia selamat atau tidak. Kami sudah mencari Radit ke mana-mana, tapi tidak pernah menemukannya."

Aku terkejut mendengar cerita pria itu. Aku berpikir, apakah mungkin aku adalah Radit? Apakah mungkin aku adalah cucu dari wanita tua ini? Bagaimana mungkin mereka tidak menemukanku? Aku perlahan merasa curiga dengan pria ini, mengapa tiba-tiba dia muncul setelah tabrak lari tadi, semua seperti sudah di rencanakan, tapi untuk apa?

Pria itu melanjutkan, "Nenek selalu berharap bahwa Radit masih hidup, dan suatu hari akan kembali ke pelukannya. Nenek selalu berdoa kepada Tuhan agar Radit diberi kehidupan yang baik, dan dilindungi dari segala marabahaya. Nenek juga selalu menyimpan foto Radit di dompetnya, dan sering memandanginya dengan tatapan penuh kasih sayang."

Aku merasa penasaran dengan foto Radit. Aku ingin melihatnya, dan membandingkannya dengan wajahku. Aku ingin tahu apakah aku benar-benar mirip dengannya.

Aku berkata kepada pria itu, "Pak, bolehkah aku melihat foto Radit? Aku ingin tahu seperti apa dia."

Pria itu mengangguk, dan mengeluarkan  sesuatu dari dalam sakunya. Dia membuka sebuah dompet wanita, dan menunjukkan foto Adit kepadaku.

Aku menatap foto itu dengan seksama.

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun