Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ateefa, di Tanah Pengungsian

8 Oktober 2023   15:55 Diperbarui: 8 Oktober 2023   22:30 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Ahmed dari pexel.com

Ia berteriak kepada nelayan yang menunggunya di perahu kecil itu untuk membantunya menarik wanita itu ke perahu. Nelayan itu menuruti permintaannya, dan membantu menarik wanita itu ke perahu. Ia kemudian memberikan pertolongan pertama kepada wanita itu, sambil berdoa agar ia sadar.

Setelah beberapa menit, wanita itu mulai batuk-batuk dan membuka matanya. Ia melihat seorang anak laki-laki yang memeluknya erat, sambil menangis dan tersenyum.

"Kakak! Kakak Ateefa! Aku menemukanmu! Aku adikmu, Ali!" kata anak laki-laki itu merasa bahagia.

Aku tidak bisa percaya dengan apa yang aku lihat. Aku mengenali wajah anak laki-laki itu, wajah yang sangat mirip dengan ayahku. Perlahan-lahan aku mulai sadar, anak laki-laki itu adalah adiknya, yang aku kira sudah mati.

Aku membalas pelukan anak laki-laki itu, sambil menangis dan tertawa.

"Imran...! Imran... Alhamdulilah ... Aku tidak percaya ini! Aku kira aku sudah kehilanganmu, Imran!" teriakku dengan haru.

Kami berdua saling berpelukan satu sama lain, sambil mengucap syukur kepada Tuhan. Kami tidak peduli dengan kapal yang terbakar, atau kapal pemberontak yang mungkin masih mengintai. kami hanya peduli dengan satu sama lain, dan rasa cinta yang tidak pernah pudar.

Kami akhirnya bersatu kembali, setelah sekian lama terpisah oleh perang. kami masih memiliki harapan untuk hidup bahagia bersama, di tempat yang aman dan damai.

-Tamat-

Iqbal muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun