Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Amaran

3 September 2023   20:55 Diperbarui: 4 September 2023   11:29 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh John Mark Smith dari pexel.com

"Mama ... ." Batinku menahan air mata yang siap membanjiri pipiku yang penuh dengan debu kota metropolitan itu.

Surat itu dari adikku di kampung, aku memfasilitasi adikku dengan segala kemewahan, karena aku percayakan ia untuk merawat mama, tapi hari ini ia mengirim surat untukku, mengapa ia tidak telepon atau kirim pesan langsung kepadaku.

Aku segera merobek surat itu.

"Selamat Ulang Tahun, Nak!" Sebuah tulisan besar paling atas dari surat itu.

"Mama sengaja tidak menelepon atau mengirimkan pesan melalui sosial media, mama ingin menulis untukmu, agar tulisan ini menjadi pengingat untukmu, menjadi sebuah petunjuk untuk hidupmu." Mataku sudah mulai berkaca-kaca.

"Ingatlah selalu tuhanmu, bertambah usia berarti mengurangi jatah hidupmu di dunia, kesuksesan itu bukan hanya banyak harta, tapi kesuksesan itu adalah ketika pengetahuan yang kamu peroleh bisa bermanfaat untuk orang banyak" Aku memejamkan mataku, terbayang wajah mama dipelupuk mataku.

"Nak, jangan pernah menyakiti perasaan orang lain, karena menjadi pemaaf itu adalah sifat yang paling mulia" Kalimat itu selalu menjadi moto dalam pergaulanku sehari-hari.

"Sayangilah dirimu, jangan habiskan waktu dengan sia-sia, semoga dihari ulang tahunmu ini kamu mendapatkan keberkahan, dan juga manfaat dari umur panjang" sebuah kalimat penutup yang membuat mataku berkubang dengan keharuan.

"Terima kasih mama" ucapku sambil mencium surat itu.

Segera kuambil ponselku. "Hallo mama." sahutku ketika mama menjawab panggilan teleponku.

"Hallo, Nak." balasnya. "Selamat ulang tahun Radit ... ." lanjutnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun