Nada Staccato di Antara Bintang"
Musik selalu menjadi aliran kehidupanku. Pagi itu, aku duduk di balkon apartemenku, menikmati cahaya matahari yang perlahan menerangi kota. Aku menggenggam biola kesayanganku dengan penuh kasih sayang. Biola ini adalah teman setia yang selalu menyertai aku dalam setiap fase hidupku.
Setelah menikmati sarapan pagi, aku berjalan menuju kelas musikku. Aku adalah seorang mahasiswi jurusan musik di sebuah perguruan tinggi bergengsi di kota besar ini. Aku sedang mempersiapkan untuk tampil dalam sebuah konser solo pertamaku di teater kampus. Meskipun aku telah banyak tampil di depan orang banyak, konser ini terasa berbeda -- ini adalah momen di mana aku bisa mengekspresikan diri sepenuhnya melalui alunan musikku.
Di kelas, Profesor Darius memberi tahu kami tentang tugas akhir yang akan kami presentasikan di hadapan juri dalam beberapa minggu yang akan datang. Ini adalah kesempatan besar untuk memamerkan dan menunjukan bakat kami di depan para ahli dan pekerja seni. Perasaanku campur aduk antara gugup dan antusias, tetapi aku tahu bahwa aku harus fokus dan mempersiapkan diriku sebaik mungkin.
Setelah kelas berakhir, aku mengasah kemampuan bermain biola di studio musik. Lagu-lagu yang aku pilih adalah karya-karya yang penuh dengan emosi dan cerita. Aku ingin audiens merasakan setiap catatan dan juga mendalami setiap nuansa yang aku ciptakan melalui gesekan senar biolaku. Latihan berlangsung berjam-jam, tetapi setiap detik yang aku habiskan di studio merupakan sebuah investasi untuk membangun performa terbaikku.
***
Beberapa minggu berlalu dengan cepat, dan sekarang saatnya untuk konser. Teater kampus telah dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menyaksikan penampilan kami.
Aku merasakan getaran yang kuat dari para penonton di balik tirai panggung. Dengan tangan bergetar, aku mencoba mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
"Sudah siap, Lia?" tanya Lisa, teman sekelasku yang juga tampil malam ini.
Aku mengangguk, meskipun ada kegelisahan di dalam hatiku. "Aku tidak pernah siap Lisa."
Lisa meletakkan tangannya di bahuku dengan lembut. "Kamu pasti akan tampil luar biasa. Percayalah pada dirimu sendiri."
Aku mencoba tersenyum, meskipun senyum itu lebih mirip ekspresi gugup. "Terima kasih, Lisa."
Tiba-tiba, nama ku dipanggil oleh pembawa acara. Hatiku berdegup semakin kencang, dan aku tahu bahwa saatnya telah tiba. Aku berdiri, merapikan gaunku, dan dengan langkah berat, aku menuju ke panggung.
Para penonton memberikan tepuk tangan meriah begitu aku muncul di panggung. Aku melirik piano di sudut panggung, dan pemain piano lainnya, Danu, memberikan senyuman hangat sebagai tanda semangat. Aku menganggukkan kepala kepadanya, aku merasa sedikit lebih tenang.
Aku duduk di kursi di tengah panggung, mengambil napas dalam-dalam sebelum menempatkan biola di bahu. Ketika tanganku menyentuh senar pertama, aku merasakan ada kedamaian dalam relung jiwaku. Musik adalah dunia yang sangat aku kuasai, dan aku tahu ini adalah momen di mana aku bisa berbicara dengan bahasa yang paling aku cintai.
Aku mulai memainkan lagu pertama. Setiap gerakan tanganku, setiap sentuhan senar, adalah ekspresi dari apa yang ada dalam hatiku. Aku merasa seperti aku tenggelam dalam aliran nada biolaku, dan semua rasa gugupku mulai mereda. Melodi yang aku mainkan memadukan keindahan dan kekuatan, dan aku merasa bahwa aku bisa mengendalikan perasaanku melalui setiap nada yang tercipta.
Setelah lagu pertama selesai, aku melihat Danu mengangguk kepadaku dengan senyuman. Saat itulah aku tahu bahwa aku sedang membangun sebuah momen yang tepat. Aku melanjutkan dengan lagu-lagu berikutnya, nada-nadaku terhubung langsung dengan penonton yang menyimak dengan seksama. Nada-nada yang aku mainkan adalah jembatan antara hatiku dan hati mereka.
Dan ketika aku sampai pada bagian penutup, aku merasa semakin percaya diri. Aku memainkan setiap nada dengan penuh emosi, mengungkapkan semua yang aku rasakan. Sorotan lampu panggung mengelilingiku, dan aku merasa seperti aku adalah satu-satunya orang di dalam ruangan ini.
Terakhir, aku memainkan akord penutup dengan penuh keyakinan. Senar biolaku bergetar dengan indahnya, dan aku merasakan gelombang energi positif dari para penonton. Saat nada menghilang, aku menempatkan biola di pangkuanku, aku telah melepaskan beban besar dari bahu ku. Pertunjukanku sudah berakhir.
Tepuk tangan meriah bergema di teater. Aku merasakan jiwaku kembali ke dunia nyata setelah perjalanan yang menegangkan. Aku memberikan senyuman dan membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih atas dukungan yang tak ternilai yang diberikan oleh para penonton.
Ketika aku turun dari panggung, aku disambut oleh Lisa dan teman-teman lainnya. Mereka memberikan pelukan hangat dan ucapan selamat atas penampilanku. Aku merasa lelah, tetapi juga sangat bahagia. Konser ini adalah bukti bahwa semua latihan dan persiapanku tidak sia-sia.
Sambil berbicara dengan teman-teman, aku merenung tentang perjalananku. Ada saat-saat ketika aku merasa hampir menyerah karena gugup, tetapi aku ingat apa yang Lisa katakan sebelum aku naik ke panggung. Aku memang harus percaya pada diriku sendiri dan pada kemampuanku untuk mengekspresikan diri melalui musik.
Detik-detik setelah konser, aku merasa terhubung dengan para penonton melalui nada-nada yang aku mainkan. Musik adalah bahasa universal yang dapat mengatasi semua halangan, rintangan dan juga mampu membangun ikatan emosional. Melalui setiap nada, aku telah membawa mereka ke dalam perjalanan batin yang aku alami, dan dalam prosesnya, aku merasa bahwa aku telah menemukan arti yang lebih dalam dalam lantunan nada-nadaku.
Pada malam itu, aku merenung tentang perjalanan karir musikku. Musik yang telah membawaku menuju pengalaman yang tak terlupakan, mengajarkanku tentang ekspresi diri, tekad, dan hubungan yang bisa diciptakan melalui nada-nada indah. Di antara bintang-bintang, aku merasa bahwa aku telah menemukan tempatku, di mana aku bisa menyatu dengan alam semesta melalui nada-nada staccato yang mengalir dari biolaku.
-Tamat-
Iqbal Muchtar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H