Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Nada Staccato di Antara Bintang

1 September 2023   10:00 Diperbarui: 1 September 2023   10:01 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 gambar oleh Clem Onojeghuo dari pexel.com

Lisa meletakkan tangannya di bahuku dengan lembut. "Kamu pasti akan tampil luar biasa. Percayalah pada dirimu sendiri."

Aku mencoba tersenyum, meskipun senyum itu lebih mirip ekspresi gugup. "Terima kasih, Lisa."

Tiba-tiba, nama ku dipanggil oleh pembawa acara. Hatiku berdegup semakin kencang, dan aku tahu bahwa saatnya telah tiba. Aku berdiri, merapikan gaunku, dan dengan langkah berat, aku menuju ke panggung.

Para penonton memberikan tepuk tangan meriah begitu aku muncul di panggung. Aku melirik piano di sudut panggung, dan pemain piano lainnya, Danu, memberikan senyuman hangat sebagai tanda semangat. Aku menganggukkan kepala kepadanya, aku merasa sedikit lebih tenang.

Aku duduk di kursi di tengah panggung, mengambil napas dalam-dalam sebelum menempatkan biola di bahu. Ketika tanganku menyentuh senar pertama, aku merasakan ada kedamaian dalam relung jiwaku. Musik adalah dunia yang sangat aku kuasai, dan aku tahu ini adalah momen di mana aku bisa berbicara dengan bahasa yang paling aku cintai.

Aku mulai memainkan lagu pertama. Setiap gerakan tanganku, setiap sentuhan senar, adalah ekspresi dari apa yang ada dalam hatiku. Aku merasa seperti aku tenggelam dalam aliran nada biolaku, dan semua rasa gugupku mulai mereda. Melodi yang aku mainkan memadukan keindahan dan kekuatan, dan aku merasa bahwa aku bisa mengendalikan perasaanku melalui setiap nada yang tercipta.

Setelah lagu pertama selesai, aku melihat Danu mengangguk kepadaku dengan senyuman. Saat itulah aku tahu bahwa aku sedang membangun sebuah momen yang tepat. Aku melanjutkan dengan lagu-lagu berikutnya, nada-nadaku terhubung langsung dengan penonton yang menyimak dengan seksama. Nada-nada yang aku mainkan adalah jembatan antara hatiku dan hati mereka.

Dan ketika aku sampai pada bagian penutup, aku merasa semakin percaya diri. Aku memainkan setiap nada dengan penuh emosi, mengungkapkan semua yang aku rasakan. Sorotan lampu panggung mengelilingiku, dan aku merasa seperti aku adalah satu-satunya orang di dalam ruangan ini.

Terakhir, aku memainkan akord penutup dengan penuh keyakinan. Senar biolaku bergetar dengan indahnya, dan aku merasakan gelombang energi positif dari para penonton. Saat nada menghilang, aku menempatkan biola di pangkuanku, aku telah melepaskan beban besar dari bahu ku. Pertunjukanku sudah berakhir.

Tepuk tangan meriah bergema di teater. Aku merasakan jiwaku kembali ke dunia nyata setelah perjalanan yang menegangkan. Aku memberikan senyuman dan membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih atas dukungan yang tak ternilai yang diberikan oleh para penonton.

Ketika aku turun dari panggung, aku disambut oleh Lisa dan teman-teman lainnya. Mereka memberikan pelukan hangat dan ucapan selamat atas penampilanku. Aku merasa lelah, tetapi juga sangat bahagia. Konser ini adalah bukti bahwa semua latihan dan persiapanku tidak sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun