Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jembatan Kenangan

27 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 27 Agustus 2023   09:07 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari pexel.com

Waktu berlalu begitu cepat, dan hari keberangkatan Nayla pun tiba. Kami berdiri di atas jembatan itu, memeluk erat satu sama lain. "Jangan lupakan aku, ya?" bisikku.

Dia mengusap air mata di pipinya, "Aku tidak akan pernah melupakanmu, Radit."

Nayla pergi untuk mengejar mimpinya, dan aku tetap di desa ini, menjalani kehidupan sehari-hari sambil selalu merindukannya. Setiap kali aku melewati jembatan ini, kenangan indah bersama Nayla terus menghinggapi pikiranku.

Ada kepedihan dalam kesepian, rindu akan kehadiran orang yang aku sayngi, sebuah tangan yang menggenggam erat, sebuah senyuman yang memberi kehangatan. Rasanya seperti mencari suara yang hilang dalam keramaian yang tak memberikan jawaban. Ketika malam tiba, bintang-bintang di langit serasa menjadi saksi bisu atas perasaan yang sulit diungkapkan.

Aku memutuskan untuk pergi dari desa ini, aku akan mengejar mimpiku, Saat aku melintasi perbatasan desa, pandanganku melayang ke masa depan. Aku memutuskan untuk merangkul perubahan, menaklukkan rintangan yang akan datang, dan mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah terasa begitu jauh. Langit luas di atas kepalaku mengingatkan bahwa dunia ini luas, penuh dengan peluang dan petualangan yang menunggu untuk dijelajahi.

***

Sekarang, aku masih berdiri di depan jembatan ini, tetapi kali ini bersama anak kami yang lucu dan menggemaskan. Kami mengenang kenangan yang dulu pernah kami rajut bersama dibawah langit di atas jembatan kayu ini dan kini kami menciptakan kenangan baru bersama anak kami di atas jembatan yang sama.

Jembatan ini adalah sebuah simbol yang kuat antara kenangan dan impian yang abadi. Meskipun waktu telah berlalu, jembatan ini tetap menjadi penghubung kami dengan masa lalu dan masa depan yang kami lukis dan tulis bersama.

-Tamat-

Iqbal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun