Emak tersenyum, "Aku yakin ayahmu akan sangat bahagia melihatmu melanjutkan tradisi itu, Nak."
Aku menggenggam kopiah itu dengan lembut, merasa beruntung memiliki warisan yang begitu kaya dengan makna. Di balik segala kerumitan hidup, kopiah itu tetap ada, mengingatkan akan cinta ayah dan tanggung jawab yang dia pegang dengan begitu teguh.
Dalam matahari senja yang semakin merah, aku merasa sebuah rasa persatuan dengan keluargaku, dengan semua generasi yang telah mengenakan kopiah itu sebelumnya. Meskipun fisik ayah tidak lagi bersama kami, kopiah itu adalah jejak abadi dari cinta dan nilai-nilai yang akan terus mengalir dalam hidup kami.
"Mak, ambo akan pakai kopiah ini besok pagi di rumah Romlah." kataku.
Emak tersenyum lembut, matanya penuh dengan kebahagiaan mendengar kata-kataku. "Itu adalah keputusan yang sangat tepat, Nak. Ayahmu akan merasa sangat bangga melihatmu mengenakan kopiah ini pada hari pernikahanmu."
***
"Saya terima nikah dan kawinnya, Romlah binti Syamsul Rizal dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." kataku sambil menggenggam tangan Datuk Syamsul.
"Bagaimana Datuk Tan Majo Lelo?" tanya penghulu.
"Sah." jawab Datuk, "Sudah sah." lanjutnya.
"Alhamdulilah... ." Suara riuh bersahutan di rumah Romlah.
Pernikahanku berjalan lancar dan penuh cinta. Saat-saat bahagia itu diabadikan dalam foto dan kenangan, termasuk aku dengan kopiah ayahku di atas kepalaku.