Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sembilan Langkah Menuju Kedamaian

17 Agustus 2023   10:00 Diperbarui: 17 Agustus 2023   10:03 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memutuskan untuk singgah beberapa hari di kuil ini, aku belajar banyak dari Bhante Surya. Aku belajar tentang kesederhanaan dalam tindakan sehari-hari, tentang memberi dan menerima dengan hati yang tulus. Aku belajar merenung dalam keheningan, mengamati alam yang hidup di sekitar kuil, dan menemukan refleksi diriku sendiri dalam kedamaian tersebut.

“Bhante Surya, waktunya bagiku untuk pergi. Setelah beberapa waktu tinggal di sini, aku merasa bahwa aku telah menemukan kedamaian yang aku cari.” Ujarku ketika aku sedang bermidatasi dengannya di bawah pohon beringin.

“Aku senang mendengarnya. Pergi dari sini dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih. Apa yang kau pelajari di sini adalah harta yang akan selalu menyertainya dalam perjalanan hidupmu.” Jawab Bhante Surya dengan tenang dan lembut.

“Saya merasa sangat beruntung telah mendapat kesempatan untuk belajar dari Anda dan merenung dalam lingkungan yang damai ini. Anda telah mengajarkan saya begitu banyak tentang keseimbangan, ketenangan, dan hubungan antara manusia dan alam.” Sahutku.

“Kamu telah menjadi bagian dari kehidupan kuil ini, dan pengalamanmu akan selalu tinggal di sini. Ingatlah bahwa kedamaian yang kamu temukan di dalam dirimu selalu dapat kamu akses, di mana pun kamu berada. Alam selalu akan menjadi gurumu jika kamu bersedia mendengarkan.” Balas Bhante Surya.

“Saya berharap bisa membawa ajaran dan ketenangan ini bersama saya. Namun, meninggalkan tempat ini juga membuat saya merasa sedih.” Keluhku kepada Bhante Surya.

“Kepergian adalah bagian dari perjalanan hidup. Saat kamu melangkah keluar dari kuil ini, ingatlah bahwa ketenangan dan kedamaian selalu ada dalam dirimu. Alam akan selalu menyambutmu dengan tangan terbuka jika kamu menginginkannya.” Bhante Surya berusaha menjernihkan pikiranku.

“Terima kasih, Bhante Surya, atas segala pengajaran, bimbingan, dan ketulusan Anda. Saya akan merindukan keheningan dan kedamaian di sini.” Aku menundukkan kepalaku di telapak kakinya.

“Rindumu akan menjadi saksi tentang keberadaan tempat ini dalam hatimu. Jangan pernah ragu untuk kembali, entah dalam bentuk fisik atau dalam bentuk meditasi hati. Ingatlah, kamu selalu diterima di sini.” Bhante Surya berusaha untuk mengangkat tubuhku sehingga sejajar dengannya yang sedang duduk bersimpuh di bawah pohon beringin itu.

“Saya sangat berharap bisa kembali lagi ke kuil ini suatu hari nanti. Sampai jumpa, Bhante Surya, dan sampai jumpa, kuil yang penuh makna ini.”

“Sampai jumpa, nak. Semoga perjalananmu dilimpahi dengan kebahagiaan, kebijaksanaan, dan kedamaian. Kuil ini akan selalu membuka pintunya untukmu, jika kamu membutuhkannya lagi.” Kalimat dari Bhante Surya yang mengiringi kepergianku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun