Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sembilan Langkah Menuju Kedamaian

17 Agustus 2023   10:00 Diperbarui: 17 Agustus 2023   10:03 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lereng gunung yang sangat besar, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dari pandangan dunia. Kuil ini dijaga oleh seorang biksu tua yang bijaksana, bernama Bhante Surya. Dia telah mengabdikan hidupnya untuk mencari kedamaian sejati. Dengan jubah cokelat tua yang memudar dan senyuman lembut yang selalu menghiasi wajahnya, Bhante Surya menjadi bagian integral dari keberadaan kuil ini.

Setiap pagi, seiring dengan fajar yang merayap menapaki langit di ufuk timur, Bhante Surya bangun dari tidurnya dan perlahan-lahan mulai melakukan ritualnya. Dia duduk di bawah pohon beringin yang kuat, melipat tangan dalam doa, dan membiarkan pikirannya meresapi keheningan alam. Suaranya yang lembut bergabung dengan aliran sungai di dekatnya, menciptakan harmoni alam dan roh manusia.

Penduduk desa terdekat sering datang ke kuil ini untuk berbicara dengan Bhante Surya. Mereka mencari petunjuk dari kebijaksanaannya yang mendalam, mencari nasihat untuk mengatasi cobaan hidup mereka. Bhante Surya mendengarkan dengan sabar, meresapi setiap kata yang diucapkan, dan memberikan pandangannya dengan lembut. Wajahnya yang tenang dan mata yang penuh kasih membuat siapa pun yang berbicara dengannya merasa didengar dan diterima.

Namun, kebijaksanaan Bhante Surya tidak hanya berhenti pada kata-kata. Dia juga menunjukkan contoh hidup yang sederhana dan penuh arti. Dia mengajarkan tentang kepentingan keseimbangan dalam hidup, tentang bagaimana alam dan manusia dapat hidup berdampingan dengan harmoni. Setiap tindakan sehari-harinya, dari merawat tanaman di taman kuil hingga memberi makan burung-burung di pagi hari, menjadi ajaran bagi mereka yang ingin belajar tentang kedamaian sejati.

Di kuil ini, waktu terasa melambat dan kesunyian mengisi udara. Semua orang yang datang merasa terikat dengan energi yang sangat dalam, yang diciptakan oleh kehadiran Bhante Surya dan alam sekitar. Kuil ini menjadi tempat perlindungan bagi jiwa-jiwa yang mencari ketenangan dalam dunia yang semakin bising.

Di lereng gunung yang megah, di dalam kuil yang tersembunyi, Bhante Surya mengajarkan tentang kebijaksanaan, kasih sayang, dan pentingnya terhubung dengan alam. Dia adalah pemandu spiritual bagi mereka yang mencari arti sejati dalam kehidupan dan tempat berlindung dari hiruk-pikuk dunia.

Setelah pencarian panjang, aku saat ini berada di kuil ini. Langkahku yang hati-hati menggerus tanah di pelataran kuil, aku berusaha menghormati setiap jejak yang telah ditinggalkan oleh orang-orang yang datang sebelumku. Udara yang sejuk dan harum dupa menyambut kedatanganku, memberi aku sensasi tenang yang jarang kurasakan di dunia luar.

Ketika aku memasuki kuil, aku merasa seolah-olah waktu bergerak lebih lambat. Udara terasa tenang, dan suasana begitu hening. Aku bertemu dengan Bhante Surya, seorang pria tua dengan senyuman tulus yang terukir di wajahnya. Bhante Surya, yang senantiasa duduk di bawah pohon beringin yang kokoh itu, menyambutku dengan senyuman hangat. Dia menatapku dengan mata yang penuh kedamaian, sepertinya dia telah mengetahui perjalanan panjang yang telah kujalani untuk sampai di sini. Aku merasa segala kegelisahan dan kebingungan dalam diriku menghilang saat aku berada di hadapannya.

"Selamat datang, nak," sapanya dengan suara lembut.

"Aku merasa sangat bersyukur telah menemukan tempat ini," ucapku dengan suara yang rendah namun penuh hormat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun