Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kehidupan yang Berkedip-kedip

14 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 14 Juli 2023   08:11 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar dari cerpen kehidupan yang berkedip-kedip oleh Mathias Reding dari pexel.com

"lampu sein yang lain ditemukan di lampu-lampu panggung, menciptakan kilauan dan sorotan di atas panggung untuk pertunjukan musik dan teater" Lanjut Kakek Sugiono.

"Panggung itu juga pakai lampu sein?" Emma merasa heran.

"Ya... tentu saja, hanya berbeda sirkuit dan lumennya" Jawab Kakek Sugiono.

"Ada satu lampu sein yang belum pernah berpindah tangan. Lampu itu masih saja tetap di toko ini, menjadi saksi dari semua cerita yang telah aku ceritakan kepadamu" ia menunjuk satu jenis lampu sein yang nampak berkelip dari kejauhan dengan model klasik dan unik.

"Ia akan terus menyala dengan kehangatan dan keceriaan" sambung Kakek Sugiono di akhir ceritanya.

Emma merasa sangat terinspirasi oleh cerita Kakek Sugiono. Ia memutuskan untuk membeli beberapa lampu sein dari toko Cahaya Purnama dan memulai koleksinya sendiri. Setiap lampu itu memiliki cerita dan keindahan serta keunikan yang mampu mencerahkan hidupnya.

Ia menulis sebuah buku yang menggambarkan kisah-kisah menarik di balik lampu-lampu itu. Buku itu diterbitkan dan laris dipasaran, buku itu menginspirasi banyak orang, kalimat yang di ceritakan oleh Emma di dalam bukunya mampu membuat pembacanya melihat lampu sein dengan perspektif yang baru.

Tujuan Emma menulis tentang lampu sein agar orang-orang menyadari betapa pentingnya lampu itu dalam kehidupan sehari-hari. Lampu-lampu itu tidak lagi hanya sekadar petunjuk arah, melainkan juga simbol persatuan, keberanian, dan keajaiban yang tersembunyi di dalam kehidupan kita.

"Kakek Sugiono..." Tanya salah satu pembeli di toko itu.

"iya..." jawabnya.

"saya mau beli lampu sein untuk becak saya" tanya pembeli itu, sambil menunjuk becaknya yang terparkir di halaman depan toko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun