"lampu sein yang lain ditemukan di lampu-lampu panggung, menciptakan kilauan dan sorotan di atas panggung untuk pertunjukan musik dan teater" Lanjut Kakek Sugiono.
"Panggung itu juga pakai lampu sein?" Emma merasa heran.
"Ya... tentu saja, hanya berbeda sirkuit dan lumennya" Jawab Kakek Sugiono.
"Ada satu lampu sein yang belum pernah berpindah tangan. Lampu itu masih saja tetap di toko ini, menjadi saksi dari semua cerita yang telah aku ceritakan kepadamu" ia menunjuk satu jenis lampu sein yang nampak berkelip dari kejauhan dengan model klasik dan unik.
"Ia akan terus menyala dengan kehangatan dan keceriaan" sambung Kakek Sugiono di akhir ceritanya.
Emma merasa sangat terinspirasi oleh cerita Kakek Sugiono. Ia memutuskan untuk membeli beberapa lampu sein dari toko Cahaya Purnama dan memulai koleksinya sendiri. Setiap lampu itu memiliki cerita dan keindahan serta keunikan yang mampu mencerahkan hidupnya.
Ia menulis sebuah buku yang menggambarkan kisah-kisah menarik di balik lampu-lampu itu. Buku itu diterbitkan dan laris dipasaran, buku itu menginspirasi banyak orang, kalimat yang di ceritakan oleh Emma di dalam bukunya mampu membuat pembacanya melihat lampu sein dengan perspektif yang baru.
Tujuan Emma menulis tentang lampu sein agar orang-orang menyadari betapa pentingnya lampu itu dalam kehidupan sehari-hari. Lampu-lampu itu tidak lagi hanya sekadar petunjuk arah, melainkan juga simbol persatuan, keberanian, dan keajaiban yang tersembunyi di dalam kehidupan kita.
"Kakek Sugiono..." Tanya salah satu pembeli di toko itu.
"iya..." jawabnya.
"saya mau beli lampu sein untuk becak saya" tanya pembeli itu, sambil menunjuk becaknya yang terparkir di halaman depan toko.