Kurangnya ketelitian dan juga pemahaman dalam memilah informasi yang didapat yang pada akhirnya tertipu dengan berita hoaks yang beredar di media sosial, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya literasi media dan literasi media sosial. Hal tersebut senada dengan hal yang disampaikan oleh Kristiono (Ketua Umum Mastel)
“pentingnya literasi dalam membentuk pemahaman masyarakat ketika menerima hoax, bagaimana cara mereka menghadapi berita palsu yang diterima”.
Literasi media yang baik mengurangi perilaku penyebaran hoax artinya pemahaman literasi media yang baik, akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam menerima sebuah informasi.
Munculnya beragam hoax di media sosial pada akhirnya menuntut pengguna untuk bisa mengidentifikasinya dengan cermat. Kemampuan ini disebut melek media atau literasi media. Artinya kemampuan seseorang untuk membuat, mengakses, dan mengevaluasi secara tepat secara kritis disebut dengan literasi media.
Kurangnya literasi masyarakat Indonesia merupakan faktor utama masyarakat Indonesia umumnya mudah terkena informasi hoaks hal ini disampaikan pada jurnal yang berjudul “Pengaruh Kurangnya Literasi serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang Masih Rendah dalam Pendidikan di Indonesia”, kurangnya literasi dan kemampuan akademis warga negara Indonesia menyebabkan warga negara Indonesia cenderung mudah terpengaruh berita bohong.
Kurangnya tingkat literasi di Indonesia dapat disebabkan oleh kurangnya akses, ketersediaan, dan persebaran jaringan perpustakaan serta toko buku di daerah, terutama pelosok.
Berdasarkan data dari Puslitjakdikbud (2019), 1 provinsi di Indonesia memiliki tingkat literasi sangat rendah, 24 provinsi dengan literasi rendah, dan 9 provinsi lainnya ada pada tingkat sedang.
TIPS MENGHINDARI HOAX
Hendaknya masyarakat terutama dalam keluarga lebih teliti lagi dalam menerima informasi yang ada sebelum menyebarluaskan informasi tersebut, tingkatkan literasi dalam keluarga sehingga tidak ada pihak-pihak lain yang merasa dirugikan dengan adanya informasi hoax yang beredar. Keluarga menjadi tempat mendapatkan pendidikan pertama sehingga peran orang tua dalam menanggulangi berita hoaks di media sosial ini sangat dibutuhkan.
Kepada seluruh aparat yang bertanggung jawab dalam kegiatan pencegahan informasi hoax, sebaiknya melakukan patrol siber (cyber) yang bertujuan meminimalisir informasi hoax yang banyak secara tersebar di media sosial Facebook dan media sosial lainnya yang saat ini banyak digunakan masyarakat dunia maya. Selain itu penting adanya sosialisasi dari pemerintah terkait menangani berita hoaks ini terutama pada masyarakat yang memiliki pendidikan rendah.