Berbicara tentang cinta, setiap orang memaknai cinta tersebut dengan makna yang berbeda-beda. Beberapa orang ditanya, siapakah yang paling ia cintai dimuka bumi ini? Ada yang menjawab: yang paling saya cintai dimuka bumi ini adalah orang tua saya, dan orang lain menjawab: istri saya yang paling saya cintai, yang lainnya lagi menjawab: artis ini dan artis itu yang saya cintai.
Cinta terhadap orang tua, istri, maupun seorang idola merupakan suatu yang lumrah, akan tetapi dibalik semua itu, tahukah kita? Ada seseorang yang pernah hidup di muka bumi ini mencintai kita semua, melebihi cinta seorang anak terhadap orang tuanya, melebihi cinta suami terhadap istrinya dan terlebih lagi, melebihi cinta fans terhadap idolanya. Siapakah dia? Dia adalah Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam-.
Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- rela disiksa, dihina, dipukul, itu semua karena beliau cinta terhadap ummatnya, dikisahkan dari beberapa riwayat, penduduk Thaif pernah menghujani Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- dengan batu, pukulan dan berbagai macam siksaan lainnya, akan tetapi Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- tidak sedikitpun menyalahkan ummatnya. Beliau beranggapan bahwa mereka hanya belum tahu apa itu Islam, oleh karena itu mereka melakukan siksaan tersebut.
Setelah berbagai penyiksaan yang dialaminya Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bermunajat kepada Allah Ta'ala dan mengatakan: "Ya Allah, kemana lagi engkau membawaku setelah ini? Apakah ke tempat yang dekat dan aku masih disiksa? Ataukah ke tempat yang jauh dan aku masih dihina dan disakiti? Maka aku ridho ya Allah, selama engkau tidak murka terhadapku.
Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-, mengorbankan setiap jiwa dan raganya agar supaya cahaya Iman dan Islam menerangi bahtera kehidupan kita. Tapi nyatanya, kita datang 1400 tahun setelah Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- wafat, justru meninggalkan, menganggap remeh, bahkan ada dari kaum muslim yang mengejek sunnah Nabi itu sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "sungguh telah ada pada diri Rasululah -shallallahu alaihi wa sallam- itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah Ta'ala dan kedatangan hari kiamat dan banyak mengingat Allah Ta'ala."
Marilah kita renungi bersama, seandainya Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- masih hidup kemudian melihat keadaan umatnya seperti "sekarang ini" apakah kita tidak malu? Berapa dari kita yang menjalankan sunnah-sunnahnya? Berapa dari kita yang sholat berjamaah dimasjid? Lalu adakah dari kita yang membaca Al-Qur'an setiap harinya?
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- sangat mencintai dan merindukan kita semua, kenapa kita tidak merindukannya?. Buktikan cinta kita dengan perkataan dan amal (mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya) kalua saja cinta kita dibuktikan dengan perkataan, maka orang-orang kafir cukup mengatakan: "aku cinta kepada Allah dan Rasulnya", maka mereka akan masuk surga. Tapi, ternyata cinta tidak cukup dibuktikan dengan kata-kata melainkan dibarengi pula dengan amal.
Oleh karena itu, cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- adalah kewajiban bagi kita semua selaku umat islam.
Dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan bahwa cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- adalah jalan bagi setiap hamba, agar dicintai oleh Allah.
"Katakanlah wahai Muhammad: "Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).
Ayat ini menunjukan secara tegas, bahwa manifestasi cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- adalah dengan mengikuti ajaran beliau. Dengan itulah, kita bisa meraih cinta Allah kepada kita.
Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda: "Orang-orang yang memiliki tiga hal berikut, pasti merasakan manisnya iman: Hendaknya Allah dan RasulNya lebih dia cintai dari segalanya; tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah; benci kembali kepada kekafiran, seperi kebencian seseorang bila dicampakkan ke dalam api." (HR. Bukhari).
Dalam hadist lain: "Tak seorangpun dikatakan beriman, sebelum ia mencintai diriku lebih daripada dia mencintai anaknya, orang tuanya atau seluruh orang di dunia." (HR. Ibnu Hibban)
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Abdullah bin Hisyam berkata: "Kami pernah bersama Nabi -shallallahu alaihi wa sallam-. Saat itu beliau memegang tangan Umar bin Al-Khathab, Umar berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah, engkau pasti lebih aku cintai lebih dari cintaku kepada segalanya kecuali kepada diriku sendiri. Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda: Tidak! Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggamannya, itu tidak cukup sebelum engkau mencintaiku melebihi dirimu sendiri." Maka Umar berkata: 'Demi Allah, sekarang aku mencintaimu melebihi diriku sendiri.' Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda: "sekarang (sudah sempurna imanmu) wahai Umar.'"
Di dalam Al-Qur'an, Allah juga berfirman, yang artinya: "Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta usaha yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-Taubah: 24).
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa, maksud firman Allah: "Lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta dari berjihad di jalannya, maka tunggulah" , yaitu "...tunggulah bencana dan siksaan dariNya yang akan menimpamu."
Cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- pasti memberikan buah yang manis. Ia tak mungkin hanya tergambarkan dalam euforia sesaat, dalam pembuktian yang bermuatan hal yang sia-sia. Diantara buah tersebut yaitu:
1. Cinta kepada Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- menyebabkan seseorang merasakan manisnya iman.
Allah telah menetapkan beberapa cara agar seseorang bisa merasakan manisnya iman. Di antara cara-cara tersebut adalah mencintai Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- lebih dari mencintai semua makhluk. Diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda: "Tiga hal jika ada pada diri seseorang, maka ia akan memperoleh manisnya iman, hendaknya Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada yang lain. Hendaknya ia tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah, dan hendaknya ia benci kepada kekufuran melebihi kebenciannya untuk dilemparkan ke dalam api." (HR. Bukhari dan Muslim).
Cinta Rasul, melahirkan manisnya iman. Dengan cinta itu, seorang mukmin akan merasakan betapa indahnya kehidupan sebagai insan beriman. Dengan cinta Rasul, seorang mukmin akan merasakan sentuhan kasih sayang Allah dalam lubuk jiwanya, dalam dasar keimanannya. Sehingga rasa tentram, indah dan nikmat yang tidak terbayangkan, hanya mampu dirasakan, namun sulit untuk di ungkapkan. Itulah salah satu dari keajaiban rasa cinta. Maha Suci Allah!
2. Dapat menyetai Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- di Akhirat karena cinta kepada beliau.
Barangsiapa mencintai Nabi -shallallahu alaihi wa sallam-, maka ia akan bersama-sama beliau di Akhirat. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Anas bin Malik mangatakan bahwa seseorang datang menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- dan berkata: "Wahai Rasulullah, kapan akan terjadi hari kiamat? Beliau bersabda: apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Ia menjawab: kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Lalu beliau bersabda: sesungguhnya engkau akan bersama dengan yang kamu cintai."
Kemudian Anas berkata: "Sungguh kami tidak pernah merasakan kegembiraan setelah keislaman yang melebihi kegembiraan kami ketika mendengar perkataan Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- itu, bahwa sesungguhnya kami akan bersama dengan yang kami cintai." Ia melanjutkan," maka aku mencintai Allah dan RasulNya, serta Abu Bakar dan Umar. Dengan harapan semoga aku akan bersama-sama mereka (nanti di Akhirat) sekalipun aku tidak bisa beramal seperti amal baik mereka." (HR. Muslim).
Rasa cinta kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- yang bisa melahirkan buah tersebut, tentu yang di aplikasikan dengan cara-cara yang diridhai Allah. Yakni dengan menjalankan sunnah Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- dan hanya beribadah kepada Allah, dengan syariat yang beliau ajarkan dan contohkan kepada kita sekalian dalam hadis-hadis shahih yang sampai kepada kita.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-, kepada sanak keluarga beliau yang mulia, kepada para sahabat beliau yang setia, dan kepada siapapun yang meniti jejak sunnah beliau hingga hari berbangkit.
Wallahul muwaffiq
Referensi:
Basyier, Abu Umar.2012 .Imam Syafi'i menggugat Syafi'iyah: Syafi'iyyah Indonesia kembali digugat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H