Mohon tunggu...
M. Iqbal Fardian
M. Iqbal Fardian Mohon Tunggu... Ilmuwan - Life Time Learner

Penulis adalah seorang pendidik di sebuah sekolah swasta kecil di Glenmore, Banyuwangi. Seorang pembelajar yang tak pernah selesai untuk terus belajar. Saat ini penulis sedang menempuh Pendidikan di Program S3 Ilmu Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku, Kotaku dan Adam Smith (Part.1)

4 Februari 2019   11:18 Diperbarui: 4 Februari 2019   12:31 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kembali kepada tugas untuk melakukan Ressume buku karya Adam Smith tersebut, sebuah pekerjaan yang amat sangat sulit  tidak mungkin membuat Ressume tanpa dibaca terlebih dahulu. 

Mau di baca seribu halaman lebih. Ditambah lagi bahasa Inggris yang dipakai adam Smith, sangat sulit dipahami,mungkin karena dia memakai bahasa Inggris klasik yang tidak begitu familiar dengan bahasa-bahasa yang ada saat ini.

Pilihan sulit ini akhirnya harus tetap harus diambil karena ini tugas kuliah. Saya coba baca sedikit demi sedikit, chapter demi chapter dan hasilnya tetap saja masih bikin kepala pusing. 

Namun selain sebagai tugas yang di berikan dosen, terdapat satu substansi penting yang dapat diambil bahwa di balik gelar akademis tersebut terdapat seperngkat komptensi yang berada di dalamnya.

Bagi saya tidak ada artinya menenteng gelar akademis kemana mana sementara secara keilmuan kita sebenarnya tidak layak menyandangnya. Terdapat pembuktian kepantasan kita mendapatkan gelar tersebut. 

Saya meyakini sepenuhnya dari awal bahwa kenaikan satu tahap dalam jenjang yang lebih tinggi itu memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang berat, apalagi gelar Doktor merupakan gelar akademis tertinggi, ya....memang harus sulit dan memerlukan kerja keras.

Minggu pertama kuliah di jenjang S3, merupakan masa-masa yang sangat berat bagi kami berempat. Kebetulan mahasiswa jurusan Program Doktor ilmu Ekonomi hanya empat orang.

Selain saya, tiga orang lainnya adalah dosen-dosen muda yang ada di Kota Jember, kebetulan yang berlatar belakang sebagi guru SMA hanya saya. Sedangkan yang lainnya adalah ilmuwan-ilmuwan muda yang telah malang melintang di dunia pendidikan tinggi di Jember.

Walhasil perkenalan dengan Adam Smith secara lebih mendalam, membuat kami cukup stress. Hasilnya semakin bingung dan merasa bahwa kami bodoh sekali. Alih-alih dapat mengetahui bagaimana Adam Smith berpikir pada masa-masa itu, untuk menterjemahkan  dalam bahasa Indonesia yang baik aja rasanya sangat berat.

Kemudian persoalannya, bagaimana saya harus mengatasi  ketidak pahaman dan kebingungan  ini ? pasrah dan tidak mengerjakan tugas sama sekali, atau ada cara lain untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. 

Nampak nya saya lebih memilih untuk tetap melalui jalan terjal dan sulit ini. Solusinya saya tetap berusaha menyelesaikan membaca buku klasik itu secara tuntas, mencatat poin-poin penting yang di temui dalam setiap chapter buku tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun