Mohon tunggu...
iqbal fadli muhammad
iqbal fadli muhammad Mohon Tunggu... proletar -

peneliti & digital nomad

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengantar Anak (Yatim) di Hari Pertama Sekolah

13 Juli 2016   11:56 Diperbarui: 13 Juli 2016   18:07 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi bersama anak yatim

Matahari mulai tenggelam pertanda senja akan segera datang, empat tahun silam saat sepekan sebelum memasuki tahun ajaran baru. Suara teriakan anak-anak di yayasan Yatim mulai terdengar semakin kencang dari tempat saya beristirahat.  Saya akhirnya melangkahkan kaki mengunjungi asal suara teriakan, begitu saya mendekati mereka, anak-anak panti begitu saja menghambur ke pelukan saya. 

"kak Iqbal, boleh minta tolong gak buat nemenin silvi, mega dan risky ke pasar besok pagi?“ ucap silvi, seorang gadis kecil yang baru berusia 1 windu. 

"memang mau ada apa, kita pergi ke pasar?” aku balik bertanya pada mereka.

“ini lho kak, kita mau beli kerudung putih dan kaos kaki. Kan kita mau masuk sekolah lagi besok" ujar silvi, mega dan risky kompak.

Saat itu juga aku bergeming, rasa syukur menyelimuti hatiku, terima kasih seklai pada Tuhan ku haturkan sebab saat aku di usia sekecil mereka, aku tidak perlu memikirkan seragam dan peralatanku seorang diri, masih ada orang tua yang mendampingiketika itu. 

Aku tersentuh, semangatku pun muncul untuk membantu mempersiapkan segala kebutuhan dan peralatan sekolah mereka sebaik mungkin, anak-anak yatim disini harus memiliki persiapan yang sebaik-baiknya untuk momentum "Hari Pertama Sekolah".  

Kala itu saya masih berstatus mahasiswa sekaligus menjadi salah satu pembina asrama yatim di pinggiran kota Depok. Lima belas anak yatim tinggal di asrama ini, mereka bersekolah di tingkatan berbeda, memiliki karakter yang berbeda dan juga dari latar belakang yang berbeda pula. Setelah beberapa pekan mereka melewati waktu liburan, akhirnya hari itu tiba, hari dimana anak-anak yatim disini bersama ribuan anak-anak di luar sana serempak untuk hadir ke sekolah. Masing-masing dari mereka tentu akan sibuk dengan peralatan sekolah dan sepatu yang masih kinclong. 

Pagi itu selepas sholat subuh,semua pembina asrama berdiskusi mengenai pembagian tugas untuk mengantar anak-anak yatim ke sekolah. Karena kami semua sebagai para Pembina asrama meyakini, walaupun hal ini terlihat sepele namun efeknya sangat besar terhadap mental anak-anak yatim saat mereka berada di sekolah.

Bagaimana tidak? Mayoritas anak-anak tentu akan diantar oleh orang tua mereka untuk hari pertama sekolah, lantas siapa yang mengantar anak-anak yatim? Selain itu berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, ketika hari pertama sekolah parkiran sekolah biasanya dipadati dengan puluhan orang tua yang menemani anaknya pergi sekolah, apalagi pada 2 tahun belakangan ini seringkali bertepatan dengan momentum lebaran. Dimana biasanya akan ada pula momentum halal bi halal, guna menambah keakraban antara orang tua, anak, guru hingga kepala sekolah. 

Rasa syukur dan terima kasih saya sampaikan kepada segenap Pembina asrama karena akhirnya kami semua sepakat untuk menyempatkan waktu mengantar anak-anak, mengingat diluar sana ada sekitar 3,2 juta anak yatim yang mungkin tidak ada orang tua atau wali yang bersedia mengantar mereka ke sekolah (data kemensos 2013).   

Bagi saya hal tersebut ialah langkah awal kami dalam upaya mendidik dan membangun mental anak. Setelah ini tentu masih banyak hal yang harus dijalankan untuk menunjang pendidikan terbaik bagi anak-anak panti yang lainnya. Oleh karena itu ada  dua sistem yang diusung pada asrama yatim yaitu sekolah pelajaran umum di sekolah negeri (formal) dan pelajaran agama ketika di asrama yang menjadi hal yang luar biasa. Setiap kali memasuki tahun ajaran baru, setidaknya saya menyiapkan keperluan anak-anak yatim tersebut yang mencangkup 2 kategori: sekolah formal dan sekolah agama (non formal). Memang tidak mudah mengusung 2 sistem secara bersamaan, namun sejatinya kedua sistem ini layaknya dua mata uang logam yang bersisian dan tidak dapat dipisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun