Jean Baudrillard merupakan seorang tokoh intelektual filosofis, budaya, sosiolog dan juga dikenal sebagai seorang fotografer. Pada tahun 1980-an, Jean Baudrillard dikenal sebagai teoritisi terkemuka tentang media dan masyarakat dalam era yang disebut juga pascamodern. Jean Baudrillard lahir di Reims, Perancis pada 20 Juni 1929. Â
Ia terlahir dari sebuah keluarga menengah yang dimana orang tuanya berprofesi sebagai pegawai negeri dan kakek neneknya adalah seorang petani. Ia merupakan anak satu-satunya di keluarganya yang bersekolah hingga ke tingkat perguruan tinggi.
Ia mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Jerman di Sorbonne University. Setelah lulus dari Sorbone University, ia mencoba bekerja sebagai pengajar di berbagai sekolah menengah Perancis. Kemudian, ia melanjutkan studinya ke jenjang doktoral dan selesai pada tahun 1966 dengan menulis Tesis "Le Systeme Des Objets" (Sistem Objek-Objek).Â
Lalu, dari tahun 1966 hingga 1972, ia bekerja sebagai Asisten Profesor dan kemudian ia menyelesaikan habilitasinya "L'Autre par lui-meme" dan mulai mengajar sosiologi di Universite de Paris-X Nanterre sebagai Profesor.
Dari tahun 1986 hingga 1990, ia menjabat sebagai Direktur Ilmiah di Institut de Recherche et d'Information Socio-Economique di Universit Paris-Dauphine. Pada 6 Maret 2007, Jean Baudrillard meninggal dunia di Paris, Perancis.
Sebagai seorang sosiolog, Jean Baudrillard adalah sosok yang produktif, memberikan banyak ide dan wawasan yang menginspirasi. Pemikirannya menjadi penting karena ia mengembangkan teori yang berusaha memahami sifat dan pengaruh media massa.Â
Dalam karyanya yang berjudul Simulacra and Simulations (1985), Jean Baudrillard berpendapat bahwa masyarakat yang disimulasikan adalah suatu bentuk ciri-ciri identitas masyarakat modern, dan bahwa dalam kehidupan mereka mereka terus-menerus merangkul kode, tanda, simbol, dan menyatakan bahwa produksi dan bentuk dari modelnya penuh dengan absurditas.
Dalam teori simulacra, manusia  tidak berada di depan realitas nyata, tetapi selalu dalam delusi ketika melihat realitas di ruang tempat mekanisme simulasi berlangsung Keadaan ini membuat jarak dan menunjukkan kesamaan antara kebenaran dan kepalsuan, kenyataan dan fiksi. Oleh karena itu, yang dihasilkan realitas ini adalah keadaan semu dan hasil simulasi yang disamarkan.
Jean Baudelilrad dalam teorinya tentang simulacra, menjelaskan bahwa realitas di media adalah realitas semu di mana kebenaran dimanipulasi untuk diikuti dan dikonsumsi orang. Simulacra diartikan untuk mengarahkan masyarakat dengan cara yang lembut. Dengan kata lain, dengan percaya bahwa simulasi itu nyata, orang menjadi bergantung padanya, memilikinya, dan akhirnya tidak menyadari keberadaannya.
Perkembangan teknologi dan dunia maya menurut Baudrillard telah menjadi bagian dari sistem kehidupan manusia, seperti peralatan komputer yang canggih, internet dan iklan yang menciptakan kenyataan dan pengingat masa lalu.Â
Selain itu, Anda dapat menciptakan realitas dunia baru di mana segala sesuatu yang diciptakan sebenarnya hanyalah fantasi, ilusi, dan halusinasi agar terlihat seperti kenyataan, melampaui, dan menjadi bentuk referensi bagi masyarakat modern.
Penulis mengenal teori Simulacra oleh Jean Baudrillard dari jurnal "Teori Simulacra Jean Baudrillard Dalam Dunia Komunikasi Media Massa" karya Teguh Saumantri dan Abdu Zikrillah.Â
Menurut pemahaman saya, Simulacra merupakan bagian dari fenomena sosial yang mampu merubah hal-hal abstrak menjadi nyata sehingga seseorang yang melihatnya seolah-olah menjadi kenyataan padahal fakta sosialnya belum tentu terwujud. Simulacra adalah ruang dimana simulasi berlangsung.Â
Simulacra penuh dengan pengulangan realitas yang berbeda. Tidak dapat dibedakan mana yang asli dan palsu, mana produksi dan hasil produksi. Melalui rutinitas media yang selalu di simulasikan, muncullah sebuah realitas yang menentukan kesadaran sosial yang disebut dengan hyperreality.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa teori simulacra sudah biasa dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keadaan realita saat ini yang terkena dampak pandemi. Smartphone dengan internet yang memadai telah menjadi kebutuhan dasar manusia, mulai dari pelajar hingga orang dewasa yang bekerja.Â
Kebutuhan pokok  sebagai media pembelajaran bagi pelajar dan  pekerja yang juga menggunakan sistem Work From Home (WFH). Namun, tidak banyak orang yang menggunakan internet untuk keperluan lain seperti bermain di media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok.Â
Namun yang paling ditekankan disini adalah media sosial Instagram dan Tiktok. Ini juga merupakan media untuk ekspresi diri manusia, termasuk fashion, makeup, dan jenis media sosial lainnya. Tidak jarang dikatakan bahwa Instagram dan Tiktok adalah media yang penuh dengan kebohongan karena apa yang tergambar di media sangat berbeda dengan realita kehidupan manusia.
Referensi :
Baudrillard, Jean. 1985. Simulacra and Simulations. London: Sage Publications Ltd., Galilee & University of Michigan
Utoyo, Bambang. 2001. "Perkembangan Pemikiran Jean Baudrillard: Dari Realitas Ke Simulakrum." Universitas Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H