Satu individu orang utan Sumatera (Pongo abelii) ditemukan mati terseret banjir di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Desa Pungke Jaya, Kecamatan Putri Betung, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Orang utan itu diperkirakan berusia satu hingga satu setengah tahun. Berikut upaya yang bisa kita terapkan agar kejadian seperti orang utan terseret banjir tidak terulangi lagi
1. Tim Penyelamat Satwa: Menghubungi tim penyelamat satwa liar yang berpengalaman dan ahli dalam menangani satwa liar
2. Dalam situasi darurat: Pindahkan orangutan menggunakan peralatan yang sesuai seperti jaring, kandang, dan peralatan lainnya Tangkap dan evakuasi daerah banjir dengan aman.
3. Pemeriksaan Kesehatan: Setelah dievakuasi, orangutan harus segera diperiksa oleh dokter hewan untuk mengetahui adanya luka atau penyakit serius akibat banjir.
4. Pemulihan dan Rehabilitasi: Orangutan yang terluka atau stres harus dibawa ke pusat rehabilitasi untuk pulih sebelum dilepasliarkan Kembali ke Habitat Alami
5. Koordinasi dengan pihak berwenang: Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bekerja sama dengan otoritas setempat seperti untuk memberikan dukungan untuk menjaga dan memastikan kemanfaatan terdapat prosedur untuk memastikan bahwa orangutan beradaptasi dengan baik dan bertahan hidup di lingkungan baru atau lingkungan yang dipulihkan setelah orangutan dilepasliarkan ke alam liar dan akan dipantau untuk melihat apakah hal tersebut dapat dilakukan.
6. Pendidikan dan Pencegahan: Masyarakat lokal harus dididik tentang pentingnya melestarikan habitat alami orangutan dan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko banjir di masa depan.
 Perawatan yang cepat dan tepat penting untuk menjamin keselamatan dan kelangsungan hidup orangutan di alam liar. Dan juga berikut upaya yang bisa dilakukan sebelum terjadinya banjir dikawasan tempat tinggal orang utan
 1. Pemantauan Cuaca: Sistem pemantauan cuaca dapat digunakan untuk mendeteksi potensi banjir sejak dini, sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi petugas kehutanan untuk mengambil tindakan pencegahan.
 2. Evakuasi dini: Jika memungkinkan, sediakan sistem evakuasi dini untuk memindahkan orangutan dari daerah yang berisiko banjir ke tempat yang lebih tinggi dan lebih aman.
 3. Pengelolaan Habitat: Menerapkan praktik pengelolaan habitat berkelanjutan untuk meminimalkan kerusakan dan memungkinkan hutan menyerap air dengan lebih baik.
 4. Jalur Evakuasi Alami: Mempertahankan jalur evakuasi alami yang digunakan orangutan untuk berpindah ke tempat yang lebih tinggi saat banjir.
 5. Tim Perlindungan dan Penyelamatan Hutan: Tim khusus perlindungan dan penyelamatan hutan akan dibentuk untuk merespons keadaan darurat seperti banjir.
 Melaksanakan pelatihan yang sesuai untuk operasi evakuasi dan penyelamatan.
 6. Pemantauan Populasi: Melakukan pemantauan populasi orangutan secara berkala untuk memahami perubahan perilaku dan mendeteksi keadaan darurat secara dini.
 7. Pemberian Makanan Darurat: Menyiapkan makanan darurat untuk orangutan yang dapat diberikan pada saat dan setelah banjir ketika persediaan makanan alami terganggu.
 8. Pusat Penyelamatan: Membangun atau mengidentifikasi pusat penyelamatan dengan peralatan medis dan makanan khusus untuk menyelamatkan orangutan yang terluka atau terancam saat banjir.
 9. Kerjasama dengan otoritas konservasi: Mengembangkan rencana darurat dan langkah-langkah pemulihan bekerja sama dengan otoritas konservasi dan otoritas lokal.
 10. Komunitasisasi: Menyebarkan informasi kepada masyarakat lokal tentang pentingnya konservasi hutan dan dampak positifnya terhadap lingkungan, termasuk melindungi orangutan dari bencana alam seperti banjir.
 11. Penanganan sampah dan puing: Buang sampah dan puing dengan benar agar tidak menyumbat saluran air yang dapat meningkatkan risiko banjir.
 12. Pengembangan Koridor Penghubung: Mendukung pengembangan koridor penghubung yang memungkinkan orangutan berpindah dengan lebih aman di berbagai bagian hutan.
 Langkah-langkah ini harus diintegrasikan dalam konteks konservasi dan keberlanjutan hutan untuk memastikan orangutan dan habitatnya terlindungi dari ancaman banjir dan bencana alam lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H