Berdasarkan laporan dari United Nations Development Programme (UNDP), Human Development Index (HDI) Indonesia pada tahun 2020 adalah 0,718, menempatkan Indonesia di peringkat 107 dari 189 negara. Indikator pendidikan, termasuk kualitas guru dan kurikulum, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi HDI.
3. Budaya Membaca yang Lemah
Menurut survei dari UNESCO pada tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara. Survei ini menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia hanya membaca sekitar 0,001 buku per tahun.
4. Teknologi dan Distraksi Digital
Penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7% pada tahun 2020 menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Sementara akses ke informasi digital meningkat, banyak anak-anak lebih tertarik pada hiburan digital daripada membaca buku.
Dampak dari Rendahnya Literasi
Rendahnya tingkat literasi memiliki dampak yang luas terhadap perkembangan sosial dan ekonomi suatu negara. Menurut laporan dari Bank Dunia, rendahnya tingkat literasi di Indonesia berkontribusi pada rendahnya produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Selain itu, literasi yang rendah menghambat kemampuan individu untuk mengakses informasi kesehatan, meningkatkan kesejahteraan, dan berpartisipasi dalam proses demokrasi.
Upaya Peningkatan Literasi
Untuk mengatasi darurat literasi ini, berbagai langkah perlu diambil oleh pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1. Peningkatan Akses ke Bahan Bacaan
Membangun dan memperbaiki fasilitas perpustakaan, terutama di daerah-daerah terpencil, serta menyediakan bahan bacaan yang beragam dan berkualitas. Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan salah satu inisiatif untuk meningkatkan akses dan minat baca siswa.