Sedangkan, escape adalah tahapan belajar berperilaku dimana individu melarikan diri dari situasi tidak menyenangkan. Berdasarkan konsep tersebut, avoidance dan escape mungkin terbayang sebagai suatu bentuk perilaku yang sama.Â
Hal ini, karena perilaku avoidance dan escape memiliki tujuan yang sama yaitu, melepaskan diri dari situasi atau stimulus yang tidak menyenangkan. Lalu, apa yang membedakan avoidance dan escape?Â
Baik avoidance maupun escape, keduanya sama-sama disebabkan oleh kehadiran stimulus atau situasi yang tidak menyenangkan. Namun, respon yang dihasilkan kedua perilaku berbeda sebagai hasil dari proses belajar yang berbeda pula.Â
Pada avoidance, respon yang muncul merupakan hasil belajar berperilaku untuk mencegah stimulus atau situasi tidak menyenangkan terjadi.Â
Sementara itu, pada escape respon yang muncul adalah perilaku tertentu yang dapat menghentikan stimulus atau situasi tidak menyenangkan yang sudah ada. Selain itu, pada escape respon yang muncul diperkuat oleh adanya penguatan negatif.
3. Contoh Punishment, Avoid, dan Escape pada Kehidupan Sehari-hari
Kita ambil contoh dari kehidupan mahasiswa. Seorang mahasiswa mendapatkan teguran dari dosen karena nilai tugas & ujiannya tidak memenuhi kriteria penilaian. Itu merupakan contoh dari bentuk belajar punishment.Â
Seseorang melakukan sebuah tingkah laku dan segera diikuti oleh konsekuensi yang membuat tingkah laku tersebut cenderung untuk tidak diulang lagi pada masa mendatang.
Bertahap dari punishment, contoh dari avoid yaitu mahasiswa tersebut mengerjakan penugasan dan ujian yang diberikan dengan sungguh-sungguh agar memenuhi syarat penilaian kelas dan tidak mendapat teguran dari sang dosen lagi.
Dengan kata lain, penguatan negatif avoidance memunculkan perilaku avoidance (menghindar) mahasiswa tersebut. Pada contoh tersebut, mahasiswa belajar untuk menghindari stimulus atau situasi yang tidak menyenangkan.Â