Saya     : Terus kemarin Mas Fadly kan memperagakan kaya masuk plastic hitam dan mengurung didalam plastic itu maknanya apa sebenernya mas ? bahkan naskah puisinya kan itu dibakar mas didepan panggung itu tujuannya apa mas yang pengin Mas Fadly sampaikan ?
Dan kenapa aku memilih aku memasukan tubuhku dalam plastik, seperti kehidupanku ini tubuhku sudah dikelilingi oleh plastic. Aku hidup disekitar palstik penggunaannya plastik. Dan kenapa pas di ending itu dibakar dan aku membakar lilin dan masuk kedalam plastik.
Jadi yang aku tegaskan sama temanku itu soal puisi. Mana yang lebih abadi puisi atau plastik. Nah disitu membandingkan puisi dibakar puisi itu tidak abadi dan bisa hilang bisa lenyap. Sedangkan plastikketika aku masukan api, anggaplah api adalah zaman dan ketika lilinnya masuk kedalam tubuhku malah apinya yang mati. Makanya aku bilang mana yang lebih abadi, puisi atau plastik ?
Saya    : Tapi kenapa plastik mas yang diangkat sama Mas Fadly, ada alasan khusus kah disana ?
Mas Fadly      : Kalau alasan khusus sih gak ada, hanya aku sendiri orangnya seneng menantang diri sendiri. Awalnya konsep pertunjukanku membahas tumbuhan, tetapi ganti sejam sebelum pertunjukan wkwkwkwkwk kalau temen-temenku udah paham, aku seneng nantang diri sendiri. Pernah juga 5 menit sebelum pentas, hehehehehe
Saya     : Tapi mas, sekarang kan yang lagi rame dimedsos atau yang sedang santer  dibahas kan kaya persoalan hutan papua yang dibakar untuk lahan sawit atau persoalan sengketa hutan adat, sempet kepikiran kah untuk ngebahas itu ? dan buat Mas Fadly haruskah untuk mengangkat isu atau topik di pementasan itu harus yang up to date ?
Mas Fadly     : Iya bener awal niat pentasku soal tumbuhan, pohon dan lain-lain yang dibakar demi kepentingan gitu karena emang lagi dekat dengan kita, tetapi konsep dikepalaku kurang matang dan wawasanku juga kurang, soalnya aku sendiri gak mau buat pentas kalau aku gak matang memahami gitu. Soalnya kan karya harus dipertanggung jawabkan. Dan menurut aku sih harus ngangkat isu terdekat, soalnya bagiku kesenian harus peka terhadap kejadian sekitar dan salah satu ruang penyampaian kritik atau apapun lewat kesenian.
Saya    : Lanjut, menurut mas Fadly seorang sastrawan atau penyair atau seniman perlukah mereka untuk turut andil dalam isu-isu seperti lingkungan ini ? Apakah perlu untuk terjun langsung dalam gerakan-gerakannya missal, tidak melalui karya saja ?
Mas Fadly      : Kalau bagiku itu pilihan sih, soalnya ada yang memang memilih untuk menikmati kesenian aja tanpa membahas isu-isu perlu gaknya terjun sama,pilihan bagiku... kana da beberapa juga dengan prinsip kesenian untuk kesenian, ada juga kesenian untuk rakyat.
Saya    : Balik lagi ke persoalan plastik mas, dengan seabrek ajakan persuasi atau sosialisasi dan gerakan-gerakan mengatasi plastik ini sampai sekarang nyatanya plastik masih menjadi hal yang paling dekat dengan kehidupan kita. Apakah Mas Fadly tidak akan lelah dan merasa sia-sia jika mengangkat atau menyuarakan isu tersebut ?