Tulisan ini sebelumnya pernah saya muat di laman Arti Seni Production dalam rangka program Relawan Seni. Anda bisa membacanya juga melalui artiseni.org
Pada tanggal 10 November 2020, Artiseni Production berhasil membuat sebuah perhelatan menawan dengan tajuk Mantra sebuah kepanjangan dari Malam Nonton Sastra. Menyanyikan alam kata-kata.
Acara yang diselenggarakan di Mall Lippo Plazza Jogja ini menampilkan seniman dan penampil-penampil luar biasa, diantaranya terdapat nama-nama seperti Memerah, Ajie Batara &Archangela Girlani, Kemarin siang, Orenjurozu, 3Senja, fadly dan terakhir Teater Eska.
Saya berkesempatan melakukan wawancara dengan Fadly salah satu performance yang tampil di acara Mantra. Beliau menampilkan semacam teater dengan iringan puisi yang tentunya apik. Topik yang diangkat merupakan problematika plastik yang hingga kini masih menjadi salah satu masalah terbesar manusia. Berikut hasil wawancara saya dengan Fadly yang kami lakukan melalui pesan elektronik.
Saya    : Pertama mungkin enaknya perkenalan singkat dulu ya mas, kaya kegiatannya sekarang lagi sibuk apa aja ?
Mas Fadly : Oh, iya nama saya Muhamad Fadly, Kuliah di UNY, jurusan Sastra Indonesia, sekarang agi sibuk menyelesaikan skripsi dan merintis komunitas mendongeng bersama Komunitas Utusan Negeri Dongeng
Saya      : Berarti sekarang Mas Fadly sedang berdomisili di Jogja kah ?
Mas Fadly     : Iyaa
Saya    : Aku penasaran sama kemarin itu disebut apa sih mas pertunjukan yang ditampilkan Mas Fadly, apakah teater, monolog, atau pembacaan puisi diiringi gerakan atau disebut apa mas ?
Mas Fadly      : Sebenernya untuk jenis pertunjunkan mungkin ke teatrikal puisi. Tapi untuk aku pribadi tidak memetakan pertunjukan ini termasuk apa, yang penting bagi aku apapun itu tetap tak sebut pertunjukan teater wkwkwk aku juga gak terlalu paham dramaturgi
Saya     : Terus kemarin Mas Fadly kan memperagakan kaya masuk plastic hitam dan mengurung didalam plastic itu maknanya apa sebenernya mas ? bahkan naskah puisinya kan itu dibakar mas didepan panggung itu tujuannya apa mas yang pengin Mas Fadly sampaikan ?
Dan kenapa aku memilih aku memasukan tubuhku dalam plastik, seperti kehidupanku ini tubuhku sudah dikelilingi oleh plastic. Aku hidup disekitar palstik penggunaannya plastik. Dan kenapa pas di ending itu dibakar dan aku membakar lilin dan masuk kedalam plastik.
Jadi yang aku tegaskan sama temanku itu soal puisi. Mana yang lebih abadi puisi atau plastik. Nah disitu membandingkan puisi dibakar puisi itu tidak abadi dan bisa hilang bisa lenyap. Sedangkan plastikketika aku masukan api, anggaplah api adalah zaman dan ketika lilinnya masuk kedalam tubuhku malah apinya yang mati. Makanya aku bilang mana yang lebih abadi, puisi atau plastik ?
Saya    : Tapi kenapa plastik mas yang diangkat sama Mas Fadly, ada alasan khusus kah disana ?
Mas Fadly      : Kalau alasan khusus sih gak ada, hanya aku sendiri orangnya seneng menantang diri sendiri. Awalnya konsep pertunjukanku membahas tumbuhan, tetapi ganti sejam sebelum pertunjukan wkwkwkwkwk kalau temen-temenku udah paham, aku seneng nantang diri sendiri. Pernah juga 5 menit sebelum pentas, hehehehehe
Saya     : Tapi mas, sekarang kan yang lagi rame dimedsos atau yang sedang santer  dibahas kan kaya persoalan hutan papua yang dibakar untuk lahan sawit atau persoalan sengketa hutan adat, sempet kepikiran kah untuk ngebahas itu ? dan buat Mas Fadly haruskah untuk mengangkat isu atau topik di pementasan itu harus yang up to date ?
Mas Fadly     : Iya bener awal niat pentasku soal tumbuhan, pohon dan lain-lain yang dibakar demi kepentingan gitu karena emang lagi dekat dengan kita, tetapi konsep dikepalaku kurang matang dan wawasanku juga kurang, soalnya aku sendiri gak mau buat pentas kalau aku gak matang memahami gitu. Soalnya kan karya harus dipertanggung jawabkan. Dan menurut aku sih harus ngangkat isu terdekat, soalnya bagiku kesenian harus peka terhadap kejadian sekitar dan salah satu ruang penyampaian kritik atau apapun lewat kesenian.
Saya    : Lanjut, menurut mas Fadly seorang sastrawan atau penyair atau seniman perlukah mereka untuk turut andil dalam isu-isu seperti lingkungan ini ? Apakah perlu untuk terjun langsung dalam gerakan-gerakannya missal, tidak melalui karya saja ?
Mas Fadly      : Kalau bagiku itu pilihan sih, soalnya ada yang memang memilih untuk menikmati kesenian aja tanpa membahas isu-isu perlu gaknya terjun sama,pilihan bagiku... kana da beberapa juga dengan prinsip kesenian untuk kesenian, ada juga kesenian untuk rakyat.
Saya    : Balik lagi ke persoalan plastik mas, dengan seabrek ajakan persuasi atau sosialisasi dan gerakan-gerakan mengatasi plastik ini sampai sekarang nyatanya plastik masih menjadi hal yang paling dekat dengan kehidupan kita. Apakah Mas Fadly tidak akan lelah dan merasa sia-sia jika mengangkat atau menyuarakan isu tersebut ?
Mas Fadly     : Kalau aku sendiri sih gak lelah, karena aku sendiri nikmati itu karena aku membuat pertunjukan sesuai keresahanku dan keinginanku, dan gak merasa terbebani. Orang menanggapi atau gak juga tetap pilihan masing-masing gitu...
Saya     :Pertanyaan terakhirm apa kesan dan harapan yang ingin disampaikan dari acara mantra kemarin ?
Mas Fadly      : Acara Mantra kemarin ini bisa menjadi stimulus awal kelompok kesenian-kesenian di Jogja untuk kembali berani berkesenian secara live gitu. Untuk aku sendiri acara mantra ini menjadi awal kembali aku mulai berkesenian setelah hamper setahun gak pentas-pentas lagi. Kalau harapan, mungkin teman-teman yang aktif dikesenian bisa diajak untuk ikut andil dalam kegiatan sosial yang dilakukan teman-teman artiseni, mungkin gitu...
Melalui acara Mantra ini, nantinya hasil donasi yang terkumpulkan akan diberikan ke kelompok tani dan perikanan yang ada. Anda bisa menyaksikan acara Mantra di link youtube berikut https://youtu.be/U4AdLSE5-pc apabila kemarin anda belum sempat untuk menonton secara langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H