Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi

Bukan buzzer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Dapur Rohadi

16 Agustus 2020   10:38 Diperbarui: 16 Agustus 2020   10:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dokumen pribadi

Ia baru saja turun dari sepeda tuanya dengan bertelanjang dada, lalu melepaskan celurit yang menempel di belakang punggung dan menurunkan jerigen-jerigen dari sepeda, wajahnya nampak lelah, terlihat bulir keringat masih  menempel di tubuhnya. 

Setelah itu ia mencuci tangan dan kakinya dari serpihan manggar (Bunga yang masih muda) pohon kelapa, kemudian menyenderkan punggungnya di pintu depan rumah kecilnya. 

Ia adalah Rohadi seorang pengrajin gula jawa yang telah melakoni pekerjaannya selama bertahun tahun. Meskipun orang-orang akrab dengan gula jawa, namun tak banyak yang tau proses dibaliknya.

Rohadi mengistirahatkan tubuhnya sejenak, sebelum kembali lagi bekerja. Masih banyak pekerjaan yang perlu dikerjakannya hari ini.

Melelahkan                                                                                                            

Pukul lima pagi sehabis sholat subuh Rohadi sudah mengayuh sepedanya untuk memulai aktivitas. Peralatan tempur berupa celurit dan jerigen sebagai wadah air nira nantinya, tak lupa dibawanya. 

Di pagi hari ia harus memanjat sekitar 40 pohon kelapa untuk mengambil air nira (cairan manis dari manggar) . Air nira yang sudah terkumpul dimasukan ke dalam jerigen lalu dibawanya pulang untuk di masak. 

Jam Sembilan pagi Rohadi biasanya sudah sampai rumah, ia lalu mempersiapkan kayu bakar untuk memasak air nira. Proses memakan waktu sekitar delapan jam untuk mengahasilkan nira yang sudah mengental dan siap dicetak. 

Selama proses perebusan, panas api harus selalu stabil agar kematangannya merata, sehingga Rohadi perlu berjaga selama delapan jam sembari terus memasukan kayu bakar kedalam tungku.

Setelah cukup lama di masak, air nira akan mengental sehingga terlihat seperti gulali. Lalu, air nira yang sudah mengental dimasukan ke dalam cetakan. Biasanya proses itu dilakukan pada pukul setengah lima sore. 

Sambil menunggu cetakan mengeras, Rohadi kembali memanjat pohon kelapa yang sama untuk memotong manggar agar air nira bisa kembali keluar dan diambil keesokan harinya. sekitaran maghrib, Rohadi sudah pulang kerumah untuk mengemas gula jawa yang tadi dicetaknya. 

Semua aktivitas tadi, Rohadi lakukan di setiap hari secara terus menerus. Karena ketika satu hari saja rohadi tidak memanjat pohon kelapa untuk mengambil air nira atau memotong manggar, maka manggar pohon kelapa akan mati dan tidak bisa di manfaatkan lagi.

Apa Daya

Rohadi paham betul konsekuensi yang didapat dengan memilih pekerjaannya itu. Menurutnya pekerjaan semacam itu memang bisa dibilang berat dan jauh dari kata santai.

Dalam sehari saja ia harus memanjat  sekitar 80 pohon kelapa (pagi dan sore) belum lagi proses pengolahannya .Tapi memang di kampung halamannya rata-rata orang-orang berprofesi sebagai pengarjin gula. Bahkan adik dan kakak Rohadi juga merupakan pengrajin gula.

Rohadi juga merasa sedih dengan kondisi saat ini, dengan adnya wabah COVID 19 membuat penjualan gula jawa sedikit menurun di pasar dan warung-warung. 

Satu bungkus gula jawa berisi 1 Kg biasanya Rohadi jual dengan harga Rp. 17.000.  Meskipun kini sedang dalam kondisi yang tidak seperti biasanya, tetapi Rohadi harus tetap bekerja sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun